POSKOTA.CO.ID - Beras adalah bahan pangan utama yang dikonsumsi oleh jutaan masyarakat Indonesia setiap hari. Namun, di balik perannya sebagai sumber karbohidrat penting, ternyata ada ancaman tersembunyi yang mengintai.
Belakangan, marak ditemukan kasus peredaran beras oplosan yang dicampur bahan-bahan berbahaya seperti pemutih, plastik, atau zat kimia lainnya.
Praktik tidak bertanggung jawab ini tidak hanya merugikan konsumen secara ekonomi, tetapi juga membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke bawah, menjadi kelompok paling rentan menjadi korban karena sering tergiur harga murah.
Baca Juga: Heboh Beras Oplosan, Pengamat IPB: Praktik Lumrah, asal tidak Tipu Konsumen
Padahal, dampak mengonsumsi beras oplosan bisa sangat serius, mulai dari gangguan pencernaan hingga kerusakan organ vital.
Modus dan Sasaran Pedagang Nakal
Beras oplosan biasanya dijual dengan harga lebih murah, menjadikan masyarakat menengah ke bawah sebagai sasaran utama. Pedagang nakal memanfaatkan situasi ketika stok beras asli menipis atau saat harga melonjak tinggi, seperti menjelang hari raya.
Beras palsu ini banyak ditemukan di pasar tradisional, warung kecil, atau penjual keliling tanpa izin resmi. Namun, tidak menutup kemungkinan produk serupa masuk ke minimarket atau toko online abal-abal.
Baca Juga: Pengamat Sebut Dugaan Legislator Main Beras Oplosan Harus Diusut
Ciri-Ciri Beras Oplosan
Warna Tidak Alami
- Terlalu putih bersih (beras asli cenderung kekuningan atau kusam).
- Mengilap seperti dilapisi lilin atau plastik.
Tekstur Aneh
- Mengapung saat direndam dalam air.
- Air rendaman berubah keruh dengan serbuk putih.
Bau Mencurigakan
- Beraroma kimia (seperti pemutih atau logam), bukan aroma khas beras.
- Saat dimasak, baunya semakin kuat atau justru tidak beraroma.
Perilaku Saat Dimasak
- Butuh waktu lama untuk matang dan teksturnya kenyal seperti karet.
- Nasi hasil masakan keras di luar tetapi lembek di dalam.
Uji Sederhana untuk Mendeteksi Beras Oplosan
- Tes Api: Bakar beberapa butir beras. Jika meleleh seperti plastik atau berbau sintetis, kemungkinan besar beras tersebut oplosan.
- Tes Air Panas: Tuang air panas ke beras. Jika muncul lapisan putih mengapung (seperti lilin), itu pertanda adanya campuran kimia.
Baca Juga: Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang Bantah Oplos Beras: Permintaan Konsumen
Risiko Kesehatan yang Mengintai
Keracunan Akut
- Gejala: Mual, muntah, diare, atau sakit kepala setelah mengonsumsi.
- Contoh kasus: Beberapa wilayah pernah melaporkan kejadian keracunan massal akibat beras oplosan.
Gangguan Pencernaan Jangka Panjang
- Zat kimia seperti lilin atau pemutih dapat mengikis dinding usus, memicu iritasi kronis hingga radang usus.
- Menyebabkan malabsorpsi nutrisi, sehingga tubuh kesulitan menyerap gizi dari makanan lain.
Kerusakan Organ Vital
- Hati dan ginjal bekerja ekstra keras untuk menyaring racun, berisiko menyebabkan gagal fungsi.
- Paparan formalin (kadang dipakai dalam beras palsu) dapat memicu sirosis hati.
Kanker
- Bahan karsinogenik seperti plastik atau pemutih tekstil (klorin) dapat memicu mutasi sel.
- Risiko tertinggi: Kanker lambung, usus, atau hati setelah konsumsi 5–10 tahun.
Gangguan Saraf
- Kandungan logam berat dapat merusak sistem saraf, menyebabkan tremor atau penurunan kecerdasan.
Langkah Pencegahan dan Pelaporan
- Beli di Tempat Terpercaya: Pilih supermarket resmi atau pedagang langganan yang memiliki izin.
- Periksa Label: Pastikan ada sertifikasi BPOM dan halal.
- Hindari Harga Terlalu Murah: Jika harganya jauh di bawah pasaran, waspadalah.
- Laporkan Jika Menemukan: Segera hubungi Dinas Perdagangan atau BPOM setempat jika menemukan beras mencurigakan.
"Keamanan pangan harus menjadi prioritas bersama. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan memilih beras dari sumber terpercaya, kita bisa melindungi keluarga dari ancaman kesehatan yang serius," tegas dr. Anisa Fitriani, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Masyarakat diimbau untuk selalu memeriksa ciri-ciri beras sebelum membeli dan tidak mudah tergiur harga murah yang tidak wajar.
Jika menemukan indikasi beras oplosan, segera laporkan kepada pihak berwenang agar bisa ditindaklanjuti dan tidak merugikan lebih banyak konsumen.