Pada kunjungannya ke Indonesia tahun 2024, Paus Fransiskus menyebut terowongan ini sebagai "simbol persaudaraan yang memperkuat harmoni beragama."
Baca Juga: Sejarah Nama Jalan Gatot Subroto di Jakarta dari Jaman Penjajahan hingga Saat Ini
Gereja Katedral Jakarta bukan hanya milik umat Katolik, melainkan bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Keberadaannya, bersama Masjid Istiqlal dan Terowongan Silaturahmi, menjadi bukti nyata bahwa perbedaan agama bukan penghalang untuk hidup berdampingan dengan damai.
Dengan terus dijaga kelestariannya, Gereja Katedral akan tetap menjadi saksi bisu perjalanan toleransi di Indonesia untuk generasi mendatang.
Kehadirannya mengajarkan bahwa warisan terindah yang bisa kita tinggalkan untuk generasi mendatang bukanlah gedung-gedung megah, melainkan teladan nyata tentang kerukunan dalam keberagaman.
Sebagaimana bangunan ini telah bertahan melewati zaman, semangat persaudaraan yang diwakilinya pun harus tetap abadi dalam sanubari setiap anak bangsa.