Namun Tan Malaka juga mengkritik PKI sendiri karena dianggap terlalu elitis dan tidak berpihak sepenuhnya kepada rakyat.
Inilah titik unik Tan Malaka, ia tak pernah nyaman di satu kelompok. Ia berbeda dengan kaum nasionalis yang memilih jalan diplomasi, tak cocok pula dengan komunis ortodoks yang kaku.
Tan Malaka menjadi ideolog "tanpa rumah," tetapi justru dari situ lahir pemikiran yang melampaui batas ideologi sempit.
Kembali Pulang, Ditolak Elit
Tahun 1942, Tan Malaka akhirnya kembali ke Indonesia, meskipun saat itu tanah air masih diduduki Jepang. Ia membentuk jaringan bawah tanah, mengajar, dan menyiapkan revolusi rakyat. Harapannya membuncah saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Namun realitas berkata lain.
Bung Karno dan Bung Hatta, dua proklamator, memilih jalan diplomasi demi mengamankan kemerdekaan dari ancaman Belanda. Tan Malaka menolak tegas. Ia membentuk Persatuan Perjuangan dengan semboyan "100% Merdeka," menuntut agar pemerintah tidak berkompromi dengan Belanda dan tetap mengandalkan kekuatan rakyat.
Posisi Tan Malaka dianggap ekstrem dan mengancam stabilitas politik. Ia pun ditangkap pemerintah sendiri, dituduh pemberontak. Padahal tujuan utamanya hanya satu, kemerdekaan sejati bagi seluruh rakyat.
Tragedi Blitar: Dibunuh Bangsanya Sendiri
Setelah dilepaskan, Tan Malaka memilih bergerak di bawah tanah. Tahun 1949, situasi semakin kacau karena agresi militer Belanda. Tan Malaka bergabung bersama laskar rakyat di Jawa Timur, tetap menulis dan mengorganisasi perlawanan dari bawah.
Namun di Blitar, nasib tragis menantinya. Tan Malaka ditangkap oleh Batalyon Sikatan, Divisi Siliwangi. Tanpa pengadilan dan investigasi, ia ditembak mati secara diam-diam.
Ironisnya, Tan Malaka yang puluhan tahun dikejar Belanda dan Jepang, justru gugur di tangan bangsanya sendiri, republik yang ia perjuangkan.
Berita kematiannya sempat disembunyikan. Makamnya tak bernisan, namanya dihapus dari buku sejarah, dan pemikirannya dilarang. Namun waktu berjalan. Tahun 1963, Presiden Soekarno menetapkan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional.