Dalam diskursus sejarah populer, Fatahillah dikenal sebagai pahlawan Islam yang menaklukkan Sunda Kelapa. Namun, terdapat klaim kontroversial yang menyebutkan bahwa ia diduga memiliki hubungan dengan komunitas Yahudi Maghribi.
Klaim ini belum pernah dibuktikan secara akademik dan kebanyakan bersumber dari literatur spekulatif yang beredar di komunitas tertentu.
Selain itu, muncul tuduhan bahwa pasukan Fatahillah tidak hanya memerangi aliansi Pajajaran–Portugal tetapi juga melakukan penindasan terhadap kelompok penduduk lokal yang diidentifikasi sebagai cikal bakal Betawi. Meski demikian, narasi ini masih memerlukan kajian historiografi mendalam.
Transformasi Sunda Kelapa menjadi Jayakarta dan Batavia
Perubahan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta memiliki makna simbolis yang kuat. Kata "Jayakarta" sendiri bermakna kemenangan sempurna atau keberhasilan total.
Ketika VOC tiba pada awal abad ke-17, mereka merombak kawasan ini dan menamakannya Batavia. Kota itu pun berkembang menjadi pusat kolonial Hindia Belanda, sebelum akhirnya diubah menjadi Jakarta pada masa pendudukan Jepang.
Di era modern, Sunda Kelapa tetap menjadi simbol sejarah yang diabadikan dalam banyak dokumentasi, termasuk potongan film Fatahillah produksi 1997. Film tersebut menampilkan adegan perang dengan ayat-ayat keagamaan, menggambarkan intensitas konflik perebutan kekuasaan yang menentukan masa depan kota ini.
Menelusuri jejak Sunda Kelapa berarti menyelami lapisan-lapisan sejarah yang kompleks: pergulatan agama, perdagangan, kolonialisme, serta proses pembentukan identitas multikultural yang kelak dikenal sebagai Betawi.
Dalam konteks ini, Jakarta bukan sekadar ibu kota, tetapi juga laboratorium sosial dan budaya yang unik dalam sejarah Asia Tenggara.