Asal Usul Fenomena Bahasa Campuran Indonesia-English di Jaksel, Ternyata Ini Sejarahnya

Sabtu 05 Jul 2025, 13:42 WIB
Blok M di Jakarta Selatan yang sejak dulu menjadi pusat tongkrongan anak muda urban, turut melestarikan budaya bahasa campuran sebagai simbol “anak gaul. (Sumber: Quora)

Blok M di Jakarta Selatan yang sejak dulu menjadi pusat tongkrongan anak muda urban, turut melestarikan budaya bahasa campuran sebagai simbol “anak gaul. (Sumber: Quora)

POSKOTA.CO.ID - Kawasan Jakarta Selatan, atau yang populer disebut “Jaksel,” tidak hanya sekadar penanda wilayah administratif. Sejak masa kolonial Hindia Belanda, kawasan ini telah menjadi simbol permukiman kelas menengah ke atas.

Menteng, yang hari ini sering disalahkaprahkan sebagai bagian Jakarta Selatan meski secara administratif termasuk Jakarta Pusat, sudah lama menjadi kawasan elite. Dibangun awal abad ke-20, Menteng dirancang sebagai kawasan perumahan modern bagi pejabat Belanda dan kaum borjuis lokal.

Sementara itu, Kebayoran Baru dirancang pada 1948 dan mulai berkembang pesat pada dekade 1950-an. Kawasan ini menjadi perumahan kalangan pengusaha, pejabat tinggi pemerintahan, serta profesional terdidik.

Sejak era tersebut, banyak keluarga di kawasan ini memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas, baik di sekolah swasta berstandar internasional maupun lembaga pendidikan luar negeri. Hal inilah yang kemudian melahirkan generasi baru yang sangat akrab dengan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Cara Nonton Anime Dandadan Season 2 Episode 1 Sub Indo, Klik Link Streaming di Sini

Keluarga-Keluarga dengan Mobilitas Pendidikan Tinggi

Melansir dari Quora @Rufus Panjaitan, pendidikan menjadi faktor fundamental yang memengaruhi pola tutur anak-anak Jaksel. Banyak keluarga yang sejak awal memiliki orientasi global. Mereka mendorong anak-anak mengenyam pendidikan di sekolah internasional, kursus bahasa Inggris, atau program pertukaran pelajar ke negara-negara Barat.

Dalam konteks linguistik, anak-anak yang sudah fasih berbahasa Inggris cenderung merasa lebih “nyaman” menggunakan istilah-istilah tertentu dalam bahasa Inggris. Bagi mereka, beberapa ungkapan memang terasa lebih tepat atau lebih ekspresif jika disampaikan dalam bahasa asing itu.

Contohnya, frasa “It’s awkward,” “literally,” “I feel like…” menjadi kalimat yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari, terutama saat berbincang santai dengan teman sebaya.

Kultur Nongkrong: Blok M dan Melawai

Selain faktor pendidikan, kultur pergaulan turut memperkuat stereotip “anak Jaksel.” Sejak dekade 1970-an hingga kini, kawasan Blok M dan Melawai menjadi pusat tongkrongan anak muda lintas kelas. Tempat-tempat seperti kafe, restoran cepat saji, hingga pusat perbelanjaan menyediakan ruang sosial yang mendukung interaksi heterogen.

Di area inilah bahasa campuran makin berkembang. Ketika anak-anak muda dari berbagai latar belakang bertemu, penggunaan bahasa Inggris menjadi semacam kode status, simbol keterbukaan budaya global, sekaligus bentuk pergaulan modern yang “gaul.”

Faktor media juga mendukung penguatan citra tersebut. Film, serial televisi, hingga konten digital di platform YouTube dan TikTok mempopulerkan gaya bahasa campuran sebagai tren kekinian yang kemudian menular lebih luas ke generasi muda urban.

Film dan Media Populer


Berita Terkait


News Update