“Aku sungguh ingin pergi ke kuil dan menghabiskan waktu bersama kalian, tapi minggu ini aku benar-benar dikejar deadline. Aku juga sedih karena harus melewatkan momen itu.”
Menurut Gayathri, ketika Anda menunjukkan kepedulian, respons mereka berubah dari, “Kenapa kamu nolak?” menjadi, “Dia sebenarnya ingin, tapi nggak bisa.” Rasa empati mengurangi kekecewaan mereka.
Baca Juga: Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental
Metode “Outsource” – Salahkan Faktor Eksternal
Jika semua cara di atas masih terasa berat, Anda bisa menempatkan alasan di luar diri Anda. Ini bukan menyalahkan, tapi menunjukkan bahwa Anda tidak punya kendali atas situasinya.
Contoh:
“Aku mau banget ikut, tapi manajer barusan kasih kerjaan tambahan. Aku bahkan belum sempat istirahat.”
Ketika alasannya eksternal, seperti pekerjaan, kondisi kesehatan, atau hal mendesak lainnya, mereka lebih mudah menerima. Rasa frustrasi pun beralih dari Anda ke keadaan.
Mungkin metode-metode di atas terdengar seperti siasat licik. Namun sebenarnya, ini adalah cara yang bijak untuk menetapkan batasan.
“Mengatakan tidak itu bukan egois, itu perlindungan diri. Kalau Anda selalu bilang ya, Anda akan kelelahan, marah dalam diam, dan mengorbankan diri sendiri demi menyenangkan semua orang,” ujar Gayathri.
Membangun batasan bukanlah kesalahan. Yang keliru adalah menyampaikan penolakan dengan cara yang melukai.
Dengan lima cara ini, Anda bisa menjaga kesehatan mental tanpa merusak hubungan keluarga. Tidak perlu rasa bersalah, tidak perlu pertengkaran, dan tidak perlu penyesalan.