POSKOTA.CO.ID – Banyak orang salah kaprah mengartikan percaya diri. Mereka mengira percaya diri berarti tidak punya rasa takut.
Tapi menurut advokat kesehatan mental Gayathri Arvind, anggapan itu adalah mitos terbesar yang perlu kita patahkan. “Percaya diri bukanlah perasaan, itu adalah bukti,” kata Gayathri, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abhasa - Mental Health. Artinya, percaya diri bukanlah soal perasaan, melainkan bukti nyata.
Mari kita renungkan sejenak. Pernahkah kamu memiliki teman yang suka ingkar janji? Mereka bilang ingin berubah, tapi tidak pernah benar-benar berubah.
Mereka buat komitmen, tapi tak pernah ditepati. Awalnya kamu percaya, tapi lama-lama mulai ragu, bahkan tidak lagi bisa mempercayai mereka.
Sekarang, coba tanyakan pada diri sendiri, berapa kali kamu menjadi teman seperti itu bagi dirimu sendiri?
Kamu berkata, “Besok bangun pagi,” tapi malah malah mematikan alarm saat berbunyi. Kamu bilang, “Hari ini mulai olahraga,” tapi kamu tunda keesokan harinya.
Kamu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, tapi kamu melakukannya lagi. Setiap janji yang kamu ingkari, otakmu mencatat.
Baca Juga: Perkuat Kesehatan Mental, Pakar Berikan Tips Bangkit dari Kegagalan
Pertarungan dalam Otak: Logika vs Kenyamanan
Di dalam otak kita, ada dua bagian yang terus-menerus tarik menarik.
Pertama, prefrontal cortex, bagian otak yang logis, bertugas membuat rencana dan keputusan.