Obrolan Warteg: Kritik bukan Mengada - Ada

Sabtu 03 Mei 2025, 07:01 WIB
Obrolan Warteg: Kritik bukan Mengada - Ada (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Obrolan Warteg: Kritik bukan Mengada - Ada (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Sering dikatakan kritik itu bagaikan obat kuat. Kritik itu seperti vitamin, terasa pahit, tetapi menyehatkan. Ada juga yang mengatakan kritik itu pengawal jiwa agar kita selalu terjaga dan terpelihara, tidak tergelincir kepada hal-hal buruk , menyesatkan atau menimbulkan keburukan.

“Lantas bagaimana kalau kritik itu bukan mengawal, bukan untuk memperbaiki, ,malah merusak dan menimbulkan banyak keburukan?,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Nah, ini yang mau kita obrolin. Kita yang hidup di lingkungan sosial mana pun tak lepas dari kritik, dengan sadar atau tanpa sadar acap pula mengkritik orang lain,” kata Yudi.

“Jika demikian, maka terimalah kritik dengan legowo, lapangan dada, tidak disikapi dengan penuh kemarahan dan kebencian,” kata mas Bro.

“Bagi yang hendak mengkritik, berilah kritik yang konstruktif, membangun dan penuh tanggung jawab, syukur – syukur dengan memberikan solusi. Bukan untuk menghasut, menyebarkan kebohongan dan kebencian,” tambah mas Bro.

“Tapi tak jarang orang mengkritik karena didasari ketidaksukaan dengan mencari-cari kesalahan dan kekurangannya,” kata Yudi.

“Malah bagus,” kata mas Bro.

“Loh bagusnya di mana,” tanya Yudi.

“Dengan mengkritik orang lain itu buruk, jelek atau salah, maka sang pengkritik akan berusaha tidak melakukan perbuatan buruk seperti yang telah disampaikan dalam kritiknya,” jelas mas Bro.

“Tapi kadang, kritik yang berkembang di media sosial sangat menghebohkan. Malah dinilai kelewat batas,” kata Heri.

“Itu dinamika berekspresi. Terlebih dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terbaru menyebutkan kritik yang disampaikan di ruang digital tidak dapat dipidana hanya karena timbulkan kegaduhan atau perdebatan di media sosial,” kata mas Bro.

“Wah, kritikan di dunia maya bisa makin membahana kehebohannya,” kata Yudi.

“Boleh jadi, tetapi kritikan di dunia maya tak bisa dipidana jika dimaknai sebagai aspirasi masyarakat untuk perbaikan institusi, lembaga pemerintah. Jika sudah menjurus kepada orang per orang, beda lagi,” jelas mas Bro.

“Satu hal lagi. Kritik tidak dapat dipidana selama hanya menimbulkan kegaduhan di dunia maya, tetapi jika menimbulkan kerusuhan di dunia nyata, ceritanya beda lagi,” tambah mas Bro.

“Lepas bisa atau tidak bisa dipidana, kalian tetap harus hati – hati. Jangan karena memiliki kebebasan berekspresi, lantas asal ngomong, asal beda pendapat agar dinilai hebat,” kata Heri.

“Setuju. Sampaikan pendapat secara faktual, penuh etika dan tata krama. Bukan mengada – ada, bukan pula sekadar melampiaskan emosi dan menyebar disinformasi,” urai mas Bro. (Joko Lestari).

Berita Terkait

News Update