Imbas Ganjil-Genap, Omzet Pedagang Glodok Nyungsep

Senin 02 Sep 2019, 07:41 WIB

JAKARTA – Perluasan ganjil genap baru tahap sosialisasi, tetapi dampak kebijakan itu telah dirasakan pedagang di sepanjang Jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk dan Gunung Sahari. Mereka mengaku tekor lantaran pembelinya merosot. Eka, pedagang Pasar Glodok, mengatakan, sejak uji coba perluasan kawasan ganjil genap yang dimulai pada 12 Agustus 2019 lalu, omzetnya nyungsep hingga 50 persen. "Terus terang kami merasa sangat dirugikan karena keadaan sekarang sudah sepi, ditambah lagi ada ganjil genap maka makin bertambah sepi. Kalau begini bisa-bisa kami gulung tikar," kata Eka, Minggu (1/9/2019). Eka meminta Pemprov DKI Jakarta mengkaji kembali perluasan ganjil genap di kawasan tersebut. Pasalnya, banyak warga yang dirugikan khususnya para pedagang. Bukan Solusi Sementara Ketua Koperasi Pasar (Koppas) HWI Lindeteves, Chandra Suwono, mengungkapkan, perluasan sistem ganjil genap di Jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan Gunung Sahari, bukan solusi mengatasi kemacetan. Chandra menerangkan, kepadatan kendaraan di sejumlah ruas jalan tersebut biasanya terjadi hanya pada saat jam kantor. Itu pun diakibatkan traffic light yang jaraknya berdekatan. "Ganjil genap ini kan alasannya ada dua. Pertama terkait masalah emisi atau polusi, yang kedua adalah kemacetan. Kemacetan misalnya, untuk Jalan Gunung Sahari itu dari Glodok, dari Ancol sampai dengan Pasar Senen, itu kira-kira jaraknya 2 kilometer. Di situ ada tujuh traffic light, itulah sumber kemacetan sebetulnya," tutur Candra. Seperti diketahui, saat ini Pemprov DKI Jakarta tengah uji coba ganjil genap pada 16 ruas jalan baru sebagai tambahan dari sembilan ruas ssbelumnya. Rencananya, pada 9 September mendatang sistem ganjil genap yang diperluas akan dipermanenkan. Bagi mobil yang melanggar langsung ditilang. (john/ruh/st)


Berita Terkait


News Update