Ketua The Jakmania Rindu Persija Punya Stadion Sendiri

Selasa 04 Des 2018, 05:58 WIB

NAMA Tauhid Ferry Indrasjarief atau yang akrab disapa Bung Ferry mungkin sudah dikenal oleh sebagain besar suporter Persija Jakarta atau The Jakmania. Tugasnya sebagai Ketua Umum The Jakmania dimulainya lagi dari bawah demi memulihkan nama baik Persija hingga peluang menuju tangga juara Liga 1 Indonesia, musim ini. Bung Ferry sebenarnya bukan orang baru bagi The Jakmania, meskipun baru terpilih sebagai Ketua Umum pada 2017 lalu. Ia bahkan disebut sebagai salah satu dari ketiga pendiri The Jak Mania, selain Diza Rasyid Ali dan Gugun Gondrong pada tahun 1997 silam. Ia juga sempat menjadi Ketua Umum The Jakmania selama enam tahun pada periode 1999-2001, 2001-2003, dan 2003-2005 silam. Namun sejak ia melepas jabatannya, banyak hal yang membuatnya kemudian terpanggil demi usaha menyelesaikan berbagai permalasahan yang melanda. Mulai dari merebaknya 'pendukung liar' yang tidak memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Jakmania, seruan untuk mengubur 'luka lama' dengan para seteru Jakmania, hingga kerinduan memiliki stadion sendiri di Ibukota, menjadi salah satu usaha yang terus dilakukan Bung Ferry sejak 'turun gunung' pada 2017 lalu. Setidaknya Ada dua langkah yang sudah dilakukan Bung Ferry dalam membenahi internal organisasi The Jakmania. Pertama, merangkul pendukung Persija untuk memiliki KTA hingga usaha untuk mengubur luka lama dengan para seteru The Jak Mania. BERPERAN AKTIF Terakhir, ia bahkan turut berperan aktif untuk mencegah terjadinya kemarahan, dan tindakan-tindakan lain yang bersifat balasan menyusul insiden meninggalnya seorang The Jakmania, Haringga Sirila pada akhir September lalu. Saat itu, ia juga menjadi sosok yang terus menyuarakan desakan agar Manajeman Persija bisa lebih dekat dengan The Jakmania hingga saat ini. "Jakmania itu punya banyak keinginan, punya banyak kemauan, punya banyak masukan, dan aspirasi yang mungkin banyak juga di antaranya yang bisa diambil oleh Persija," kata Bung Ferry. Bung Ferry dalam acara syukuran HUT Persija yang ke-90 di Jakarta, Rabu (28/11) juga menambahkan bahwa Persija saat ini sudah jauh lebih baik. "Dulu Gelora Bung Karno selalu dipenuhi The Jak kalau Persija main di sana. Tapi waktu itu mayoritas warga biasa bukan The Jakmania. Karena ada pengerahan dari pemerintah setempat. Sekarang kondisinya berbeda, kita sudah tidak butuh itu lagi. The Jak sudah tersebar banyak dan animonya besar sekali," jelasnya. Perbedaan lainnya, menurut Bung Ferry juga terlihat dari Manajemen klub. "Kalau dulu itu murni kinerja pemda. Sementara sekarang sudah lebih mandiri dan sedang berkembang ke arah pembangunan sebuah klub yang utuh. Kami harapkan semua bisa berpartisipasi. Umur 90 tahun, saya rasa sudah cukup dan sudah dibilang bukan dewasa lagi. Harusnya, Persija sudah profesional secara utuh. Utuh dalam arti memang benar bisa mandiri, manajemennya bagus, rapi, kan ada pemasukan klub dari merchandise, tiket, sponsor atau pun rating TV," harapnya. Oleh karena itulah ia berharap Persija yang berpeluang menjadi juara Liga 1 musim ini, nantinya bisa memiliki stadion sendiri sebagai bentuk kebanggaan mereka sebagai tim Ibukota. Maklum, sejak digusurnya Stadion Lebak Bulus pada 2015 lalu, Persija menjelma sebagai 'tim musafir' yang tidak memiliki tempat yang tetap untuk menjamu lawan-lawan mereka di laga kandang. "Dulu kita punya stadion, tapi digusur. Jadi sangat wajar kalau kami menagih karena itu bukan milik orang lain, tapi Persija,” tegas Ferry. (junius/bu)


News Update