JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kenaikan harga telur di sejumlah pasar tradisional Jakarta mulai dirasakan masyarakat.
Parjo, 55 tahun, mengatakan, kenaikan harga bahan pangan turut berdampak pada kebiasaan makannya sehari-hari.
“Biasanya saya beli telur asin karena praktis dan bisa disimpan lama, jadi enggak perlu sering ke pasar. Dulu harganya sekitar Rp3.000 sampai Rp3.500 per butir, sekarang sudah naik jadi Rp4.000 bahkan ada yang Rp4.500,” kata Parjo kepada Poskota di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin, 22 Desember 2025.
Meski kenaikan harga per butir terlihat kecil, pengeluarannya tetap terasa jika dibeli dalam jumlah banyak.
Baca Juga: Harga Ayam dan Telur Naik, Wagub Rano Karno Pastikan Stok Pangan Jakarta Tetap Aman
“Kalau beli enam atau sepuluh butir, dulu masih ringan. Sekarang sekali belanja bisa nambah Rp10.000 sampai Rp15.000,” ujarnya.
Ia berharap, pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan pangan masyarakat kecil, terutama warga lanjut usia yang daya belinya semakin terbatas.
“Mudah-mudahan harga-harga bisa stabil lagi. Kami ini orang tua enggak minta macam-macam, yang penting masih bisa makan layak dan hidup tenang setiap hari,” ucapnya.
Sementara itu, Abidah, 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, mengaku, kenaikan harga telur dan ayam sangat berdampak pada kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Baca Juga: Update Harga Pangan Pasar Senen Jakarta, Harga Ayam Naik Rp15 Ribu, Telur Hanya Naik Rp1.000
Ia mengatakan, telur dan ayam merupakan lauk utama yang hampir selalu tersedia di meja makannya.
“Kenaikan harga telur dan ayam benar-benar terasa di rumah. Biasanya saya belanja telur ayam di pasar sekitar Rp30.700 sampai Rp32.450 per kilogram, tapi beberapa hari terakhir terasa naik dibanding biasanya,” katanya.
Sementara itu, harga ayam bersih dibanderol sekitar Rp40.000-Rp45.000 per kg, lebih mahal daripada sebelumnya sebesar Rp30.000-Rp35.000 per ekor.
“Kalau dulu Rp100.000 itu sudah cukup buat beli ayam dan telur untuk beberapa hari. Sekarang uang segitu bisa langsung habis cuma buat beli ayam sekitar dua kilogram,” ujar dia.
Kondisi tersebut memaksa Abidah lebih cermat mengatur anggaran belanja rumah tangga. Saat ini, ia mengurangi jumlah pembelian supaya pengeluaran tidak begitu banyak.
“Sekarang harus benar-benar diatur. Kadang ayam dikurangi, lebih sering masak tempe atau tahu. Padahal anak-anak juga suka ayam dan telur,” ucap dia.
Baca Juga: Persib Bungkam Bhayangkara FC 2-0, Ramon Tanque Akhirnya Pecah Telur dengan Dua Go
Ia berharap, pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga pangan, terutama menjelang momen Nataru.
“Mudah-mudahan ada operasi pasar atau langkah lain supaya harga bisa turun atau minimal stabil. Soalnya kalau terus naik, masyarakat kecil yang paling berat merasakannya,” tutur dia. (cr-4)
