POSKOTA.CO.ID - “Eksploitasi sumber daya alam berlebihan tanpa memperhatikan aspek lingkungan, tak ubahnya hanya memanfaatkan bumi, air dan seisinya, tetapi ogah merawat dan menjaganya. Pertanda tak lagi mau bersahabat dengan alam, malah merusaknya..” - Harmoko
Dulu, sering diibaratkan masyarakat Indonesia “bernapas di tengah lingkaran api” karena sekitar 150 juta warga bertempat tinggal pada 386 kabupaten/kota yang berada di zona bahaya gempa bumi. Dan, jutaan orang berada di daerah rawan tsunami yang tersebar pada 233 kabupaten/kota. Sementara jutaan warga lainnya, terancam erupsi gunung berapi yang tersebar pada 75 kabupaten/kota.
Kini, masyarakat Indonesia hidup di tengah krisis iklim dan krisis lingkungan disebabkan buruknya tata kelola lingkungan yang berdampak acap munculnya bencana alam.
Banjir dan tanah longsor yang rutin setiap tahun terjadi dengan tak terkendali di sejumlah daerah kian mengingatkan kepada kita bahwa krisis lingkungan ada di depan mata.Tragedi di Sumatera di penghujung tahun 2025 ini menjadi contoh nyata.
Baca Juga: Kopi Pagi: Hak Asasi – Kewajiban Asasi
Tak berlebihan sekiranya dikatakan, saat ini kita menghadapi krisis multidimensi. Bencana alam, kelangkaan air bersih, pencemaran lingkungan, deforestasi, degradasi lahan, peningkatan gas rumah kaca, pemanasan global, perubahan iklim hingga hilangnya keanekaragaman hayati menjadi ancaman nyata.
Di sisi lain, dampak krisis lingkungan terhadap masyarakat dan ekonomi Indonesia sangatlah serius.Sebut saja hilangnya habitat alami mengancam mata pencaharian masyarakat yang tergantung kepada sumber daya alam seperti pertanian, perikanan dan kegiatan hutan. Selain menghambat pertumbuhan sektor pariwisata, kerugian ekonomi yang sangat besar, sudah pasti.
Penyebab krisis lingkungan sangatlah kompleks, selain eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan, juga kebijakan yang lemah, korupsi, penegakan hukum yang belum tuntas memberikan efek jera. Belum lagi kompleksitas masalah lingkungan yang melibatkan banyak pemangku kepentingan menjadi tantangan tersendiri dalam mengatasi krisis.
Tak kalah pentingnya kesadaran dan edukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Baca Juga: Kopi Pagi: Rayakan Kejujuran
Penebangan hutan secara masif, baik legal maupun ilegal untuk perkebunan, pertambangan dan pembangunan infrastruktur di wilayah hulu daerah aliran sungai (DAS), menandai bahwa hutan hanya dilihat sebagai aset ekonomi semata.
