Itulah makna saling menghargai hak asasi. Antara hak asasi dan kewajiban asasi diselaraskan, bukan saling dibenturkan. Bukan pula main menang – menangan dan kuat – kuatan. Terlebih yang kuat dimenangkan, yang lemah dikalahkan.
Baca Juga: Kopi Pagi: Dwitunggal yang (Tidak) Tanggal
Pelanggaran HAM akan terjadi, manakala tidak terjadi kesadaran antara penggunaan hak dan kewajiban asasi, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Hak asasi kita junjung tinggi, begitu seharusnya.Tapi, jangan karena alasan hak asasi justru menghambat penegakan hukum. Jangan karena berlindung di balik HAM hukuman kepada bandar narkoba, perusak lingkungan, pencuri kekayaan negara dan uang rakyat serta koruptor menjadi tertunda. Patut direnungkan, bukankah perbuatan mereka telah melanggar HAM banyak orang.
Di sinilah perlunya negara hadir memberikan perlindungan kepada rakyat yang telah dilanggar hak- haknya, menjadi korban dengan alasan demi pembangunan oleh sekelompok orang.
Tidak kalah pentingnya mencegah pelanggaran HAM yang bisa terjadi sehari – hari seperti perselisihan yang berujung kepada aksi kekerasan dan persekusi. Bullying dari pihak yang kuat kepada yang lemah. Pelecehan seksual di tempat umum, pemaksaan kehendak, perbuatan semena - mena dan perlakukan diskriminatif lainnya.
Lindungi yang lemah agar tidak menjadi korban ketidakadilan karena mereka berhak hidup bahagia dan sejahtera sebagaimana telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Mari kita saling menghargai hak asasi dengan senantiasa menyelaraskan penghormatan atas hak asasi diri pribadi dan hak asasi orang lain. (Azisoko).
