Pengamat Tata Kota Sebut Tiga Hambatan Air Bersih Sulit Didapatkan Warga Muara Angke

Rabu 03 Des 2025, 21:53 WIB
Ilustrasi air bersih. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Ilustrasi air bersih. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat tata kota, Yayat Supriyatna, menilai persoalan krisis air bersih yang dialami warga Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, bukanlah isu baru.

Menurutnya, problem akses air bersih di kawasan pesisir utara Jakarta telah berlangsung bertahun-tahun dan belum menemukan penyelesaian komprehensif.

“Warga Muara Angke itu membeli air bersih dari jeriken itu sudah lama. Wilayah Jakarta Utara, pesisir, itu rata-rata punya masalah dengan ketersediaan air bersih,” ujar Yayat kepada Poskota, Rabu, 3 Desember 2024.

Yayat menyampaikan bahwa kondisi geografis dan karakteristik lingkungan menjadi faktor utama minimnya layanan perpipaan.

Baca Juga: Pramono Tanggapi Warga Muara Angke Beli Jeriken Air Bersih: Tak Adil

“Wilayah utara itu adalah wilayah paling rendah dalam konteks pelayanan air perpipaan, karena kondisi tanahnya dan kondisi lingkungannya,” ucap Yayat.

Yayat mengatakan, tantangan terbesar dalam menghadirkan layanan air perpipaan di Muara Angke adalah kondisi permukiman yang sangat padat dan tidak tertata.

Ruang untuk pembangunan jaringan pipa, baik pipa induk maupun pipa distribusi, sangat terbatas.

“Kesulitan terbesar adalah jaringan perpipaan ke sana agak mengalami hambatan karena lingkungan perumahan yang demikian padat. Sistem jaringan jalan lingkungannya juga susah,” kata Yayat.

Kondisi ini, dikatakan Yayat, mengakibatkan biaya investasi yang harus dikeluarkan PAM Jaya menjadi jauh lebih besar. Selain pemasangan jaringan yang rumit, risiko kerusakan pipa akibat kondisi tanah dan kepadatan bangunan juga tinggi.

“Kalau kita membangun biaya investasi itu sangat berisiko bagi PAM Jaya. Apakah nilai investasi dengan tarif yang dikeluarkan bisa tertutup atau tidak?” ungkap Yayat.


Berita Terkait


News Update