Harga iPhone 17 Pro Max Cuma Rp25.000? Begini Penjelasan Soal Redenominasi Rupiah yang Viral

Selasa 11 Nov 2025, 20:50 WIB
Benarkah iPhone 17 Pro Max Dijual Rp25.000 di Indonesia? Ini Fakta di Balik Wacana Redenominasi Rupiah (Sumber: Dok/iPhone)

Benarkah iPhone 17 Pro Max Dijual Rp25.000 di Indonesia? Ini Fakta di Balik Wacana Redenominasi Rupiah (Sumber: Dok/iPhone)

POSKOTA.CO.ID - Belakangan ini media sosial ramai membicarakan kabar mengejutkan: harga iPhone 17 Pro Max di Indonesia diklaim turun drastis menjadi hanya Rp25.000. Banyak warganet sontak heboh dan berpikir ini kabar bahagia bagi para pencinta gadget. Namun, benarkah iPhone kini bisa dibeli dengan harga satu porsi bakso?

Ternyata, rumor tersebut muncul setelah wacana redenominasi rupiah kembali masuk dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025–2029.

Banyak yang salah paham, mengira redenominasi berarti “penurunan harga”. Padahal, yang berubah hanyalah penulisan nominal uang, bukan nilai riil atau daya belinya.

Baca Juga: 7 Cara Lindungi Data Pribadi dari Kebocoran dan Hacker

Apa Itu Redenominasi Rupiah?

Istilah redenominasi sudah muncul sejak tahun 2010 ketika Bank Indonesia (BI) mengusulkan rencana penyederhanaan nominal rupiah. Secara sederhana, redenominasi berarti menghapus beberapa angka nol di belakang nominal uang tanpa mengurangi nilainya.

Misalnya, jika hari ini kamu membeli kopi seharga Rp10.000, setelah redenominasi (misal tiga nol dihapus), harga kopinya akan menjadi Rp10. Tetapi, daya beli tetap sama — uang Rp10 baru setara dengan Rp10.000 lama. Jadi bukan berarti harga kopi menjadi supermurah.

Mengutip Indonesia Treasury Review edisi 2017, redenominasi didefinisikan sebagai penyederhanaan penulisan nominal suatu mata uang menggunakan skala baru tanpa mengubah nilai uang terhadap barang atau jasa. Dengan kata lain, nominal berubah, tapi nilainya tetap.

Manfaat Redenominasi bagi Sistem Keuangan

Kebijakan ini sebenarnya membawa banyak manfaat, terutama dari sisi efisiensi dan kepraktisan. Dalam laporan Indonesia Treasury Review 2017, disebutkan beberapa manfaat redenominasi:

  • Transaksi dan pembukuan jadi lebih sederhana: Dengan jumlah nol yang lebih sedikit, pencatatan akuntansi dan transaksi keuangan akan lebih ringkas dan mudah dibaca.
  • Mengurangi kesalahan input angka: Semakin banyak digit, semakin tinggi risiko salah ketik atau salah hitung dalam sistem keuangan besar seperti perbankan dan bisnis korporasi.
  • Meningkatkan efisiensi sistem IT perbankan: Bank dan lembaga keuangan sering menghadapi kendala teknis ketika menangani angka besar seperti triliunan. Dengan nominal lebih kecil, sistem menjadi lebih cepat dan stabil.
  • Mempermudah pengelolaan moneter dan inflasi: Skala harga barang yang lebih kecil membuat pengendalian inflasi oleh BI lebih efektif.
  • Menghemat biaya cetak uang: Dengan variasi nominal yang lebih sedikit, kebutuhan mencetak uang baru bisa ditekan.

Namun, semua manfaat tersebut hanya bisa dirasakan jika prosesnya dilakukan secara terencana, sistematis, dan terukur. Seperti kata kutipan dari riset Kementerian Keuangan, redenominasi baru akan efektif jika didukung kesiapan ekonomi nasional dan sistem keuangan yang kuat.

Perspektif Pakar Ekonomi

Melansir dari berbagai sumber Ekonom senior Indonesia, Raden Pardede, pernah menjelaskan bahwa redenominasi memiliki dampak psikologis terhadap persepsi nilai uang.


Berita Terkait


News Update