Menurutnya, keputusan mengganti susu dengan puding sebagai menu tambahan juga diambil karena stok susu di Jakarta saat itu habis.
“Awalnya mau pakai susu, tapi stoknya habis, jadi diganti puding,” ujar Satria.
Hentikan Kerja Sama
Setelah kejadian ini, pihaknya memutuskan tidak lagi menggunakan jasa UMKM dalam pengolahan makanan MBG.
“Ke depan, kami sudah tidak akan pakai UMKM lagi. Lebih baik semuanya kami buat sendiri di dapur supaya tahu bahan-bahannya aman dan prosesnya bersih,” ujar Satria.
Baca Juga: SPPG Taman Kencana Peduli Bogor Diresmikan, Siap Bagikan MBG untuk 3.314 Siswa
Selain puding, Satria menyebut, mi basah dalam menu MBG juga diperoleh dari UMKM, sementara telur dimasak langsung oleh tim dapur SPPG.
Satria menjelaskan, alasan SPPG Meruya Selatan bekerja sama dengan UMKM karena khawatir tak mampu menyiapkan seluruhnya, di mana ada empat sekolah yang mereka alokasikan MBG setiap harinya.
“Kalau mi basah kami ambil dari UMKM karena takut kewalahan kalau buat sendiri. Telur, kami olah langsung,” katanya
Pasca peristiwa dugaan keracunan ini, operasional dapur SPPG Meruya Selatan ditutup sementara oleh BGN pusat hingga hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan keluar.
“Kami ditutup sementara sampai hasil Labkesda keluar. Kami juga tetap mengikuti SOP keamanan pangan dari BGN,” tegas Satria.
