SPPG Meruya Selatan Buka Suara soal 20 Siswa SD Diduga Keracunan Usai Santap MBG

Senin 03 Nov 2025, 19:14 WIB
Ilustrasi SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat. (Sumber: Istimewa)

Ilustrasi SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat. (Sumber: Istimewa)

KEMBANGAN, POSKOTA.CO.ID - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Meruya Selatan buka suara mengenai kasus 20 siswa SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat yang diduga keracunan usai menyantap paket makan bergizi gratis (MBG).

Kepala SPPG Meruya Selatan, Satria Jayaputra, mengakui, seorang siswa melapor bahwa mencium aroma tidak sedap dari puding yang dibagikan.

“Ada satu anak yang bilang baunya kayak asap rokok. Tapi, setelah saya cium, ternyata memang ada aroma gosong dari puding itu,” jelasnya saat ditemui wartawan, Senin, 3 November 2025.

Satria menegaskan, sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah, pihaknya telah mencicipi sampel makanan tersebut, sebagai bagian dari uji organoleptik.

Baca Juga: Polisi Gerebek Ruko Pemalsu Ompreng MBG di Jakarta Utara, Diduga Gunakan Label SNI dan Halal Palsu

“Itu pasti kami coba dulu. Bahkan, pagi itu Pak Lurah juga datang dan ikut mencoba pudingnya. Saat kami coba, tidak ada bau aneh atau tanda-tanda rusak,” katanya.

Ia menduga, ada sebagian adonan puding yang gosong saat proses pengolahan, sehingga memunculkan aroma berbeda pada beberapa kemasan.

"Mungkin ada beberapa dari puding tersebut yang diolahnya itu, lebih tepatnya kayak gosong lah. Jadi ada beberapa yang pudingnya ini yang gosong seperti itu sih," kata dia.

Satria mengungkapkan, puding yang menjadi bagian dari menu MBG tersebut, tidak dibuat langsung oleh dapur SPPG, melainkan diproduksi oleh pihak UMKM mitra.

“Kalau puding memang kami pakai orang kedua, jadi dibuat oleh UMKM,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, SPPG diperbolehkan melibatkan UMKM asalkan mereka sudah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan bersertifikasi halal.

Menurutnya, keputusan mengganti susu dengan puding sebagai menu tambahan juga diambil karena stok susu di Jakarta saat itu habis.

“Awalnya mau pakai susu, tapi stoknya habis, jadi diganti puding,” ujar Satria.

Hentikan Kerja Sama

Setelah kejadian ini, pihaknya memutuskan tidak lagi menggunakan jasa UMKM dalam pengolahan makanan MBG.

“Ke depan, kami sudah tidak akan pakai UMKM lagi. Lebih baik semuanya kami buat sendiri di dapur supaya tahu bahan-bahannya aman dan prosesnya bersih,” ujar Satria.

Baca Juga: SPPG Taman Kencana Peduli Bogor Diresmikan, Siap Bagikan MBG untuk 3.314 Siswa

Selain puding, Satria menyebut, mi basah dalam menu MBG juga diperoleh dari UMKM, sementara telur dimasak langsung oleh tim dapur SPPG.

Satria menjelaskan, alasan SPPG Meruya Selatan bekerja sama dengan UMKM karena khawatir tak mampu menyiapkan seluruhnya, di mana ada empat sekolah yang mereka alokasikan MBG setiap harinya.

“Kalau mi basah kami ambil dari UMKM karena takut kewalahan kalau buat sendiri. Telur, kami olah langsung,” katanya

Pasca peristiwa dugaan keracunan ini, operasional dapur SPPG Meruya Selatan ditutup sementara oleh BGN pusat hingga hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan keluar.

“Kami ditutup sementara sampai hasil Labkesda keluar. Kami juga tetap mengikuti SOP keamanan pangan dari BGN,” tegas Satria.


Berita Terkait


News Update