Lebih lanjut, ia berharap, pihak pengelola MBG bisa segera mencari solusi dari permasalahan tersebut agar warga tidak lagi terganggu.
“Yang penting bagi warga itu airnya jangan sampai tercemar dan baunya bisa diatasi. Itu saja yang kami harapkan,” tuturnya.
Salah seorang warga terdampak, Subur, 35 tahun, melihat kubangan besar di area belakang dapur SPPG yang diduga dijadikan tempat pembuangan limbah.
“Awalnya kami enggak tahu kalau di situ ada kubangan. Katanya mau bikin penampungan, tapi kami enggak dikasih tahu bentuknya seperti apa,” kata dia.
Menurutnya, penggalian lubang dilakukan tanpa sepengetahuan warga, dan sejak dapur MBG mulai beroperasi, air sumur warga menjadi gatal serta berbau tak sedap.
Baca Juga: Dukung Program Pulau Jawa Bebas Rabies 2029, Posyandu Hewan di Bekasi Digelar
“Dulu lebarnya hampir 10 meter, sekarang memang diperkecil, tapi baunya makin terasa. Sebelum ada MBG, air sumur kami jernih dan enggak bikin gatal,” tutur dia.
Subur menggambarkan, bau limbah itu seperti bau comberan yang cukup menyengat hingga membuat tenggorokan perih.
“Baunya kayak comberan, kayak bau kentut. Enggak enak di hidung, bikin tenggorokan perih kalau dihirup lama-lama,” katanya.
Ia mengatakan, bau paling kuat terasa pada malam hari ketika angin bertiup ke arah permukiman warga.
Baca Juga: Ratusan Buruh Geruduk Pemkot Bekasi, Tuntut Kenaikan Upah hingga Cabut PP 35 Tahun 2021
“Kalau malam parah banget baunya. Waktu awal-awal, saya sampai tidur pakai masker. Pernah juga saya kirim pesan ke grup RT, bilang, ‘Saya tidur pakai masker nih, Pak. Gimana ini?',” ungkapnya.
