Skema berlangganan baterai juga membuka peluang terciptanya ekosistem ekonomi baru di sektor transportasi berkelanjutan. Perusahaan penyedia layanan dapat mengelola daur ulang baterai dengan lebih efisien karena kepemilikan tetap berada di pihak mereka.
Selain itu, sistem ini membantu mempercepat penetrasi kendaraan listrik di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dengan menekan hambatan finansial dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap teknologi baru.
"Skema berlangganan baterai kami bukan hanya semata-mata strategi harga. Fokus kami bukan memberikan diskon atau potongan harga, melainkan memberikan solusi agar akses kepemilikan EV bisa dijangkau oleh segmen pasar yang lebih luas. Dengan memisahkan biaya baterai, harga beli kendaraan turun cukup signifikan," ucapnya.
Meski menjanjikan, skema berlangganan baterai tetap memiliki tantangan. Diperlukan infrastruktur pendukung seperti jaringan stasiun penukaran baterai, pusat layanan, serta sistem regulasi yang jelas terkait kepemilikan dan pengelolaan limbah baterai.
Namun, jika diterapkan secara konsisten dan disertai edukasi publik, model ini berpotensi mengubah wajah mobilitas di masa depan. Masyarakat tidak lagi melihat kendaraan listrik sebagai barang mahal dan rumit, melainkan sebagai solusi transportasi yang praktis, efisien, dan berkelanjutan.
