POSKOTA.CO.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, istilah gluten free menjadi semakin populer di dunia kuliner modern. Banyak restoran, kafe, hingga toko roti kini menawarkan menu bebas gluten sebagai simbol gaya hidup sehat.
Tren ini tumbuh seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, alergi makanan, dan preferensi diet tertentu.
Namun, di balik popularitasnya, muncul tanggung jawab besar bagi para pelaku usaha kuliner. Klaim “gluten free” bukan hanya strategi pemasaran, tetapi menyangkut keselamatan konsumen. Sebab, bagi sebagian orang, gluten bukan sekadar bahan makanan melainkan zat pemicu penyakit serius.
Baca Juga: Pedagang Kecewa Aspirasi Raperda Kawasan Tanpa Rokok di Jakarta Tidak Didengar
Apa Itu Gluten dan Mengapa Bisa Berbahaya?
Gluten merupakan sekelompok protein yang secara alami terdapat pada biji-bijian seperti gandum (wheat), jelai (barley), dan gandum hitam (rye). Protein ini berperan penting dalam memberi tekstur kenyal dan elastis pada adonan roti, kue, atau pasta.
Meski aman dikonsumsi sebagian besar orang, gluten dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi mereka yang memiliki intoleransi atau alergi. Salah satu kondisi paling serius adalah Celiac Disease, penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang usus halus ketika terpapar gluten. Akibatnya, penderita mengalami gangguan pencernaan kronis, kembung, ruam, kelelahan ekstrem, bahkan kerusakan jaringan usus.
Selain itu, beberapa orang mengalami non-celiac gluten sensitivity, yaitu kondisi di mana tubuh tetap bereaksi negatif terhadap gluten meskipun tidak memiliki penyakit autoimun. Oleh karena itu, keberadaan label “gluten free” menjadi hal penting dalam industri makanan.
Standar Internasional Produk “Gluten Free”
Menurut U.S. Food and Drug Administration (FDA), produk yang diklaim bebas gluten harus mengandung kurang dari 20 part per million (ppm) gluten. Selain itu, bahan bakunya tidak boleh berasal dari gandum, jelai, atau rye, kecuali jika telah melalui proses khusus untuk menghilangkan gluten sepenuhnya.
Klaim ini bukan sekadar formalitas. Sedikit saja kontaminasi silang bisa menimbulkan reaksi alergi serius bagi penderita intoleransi gluten. Oleh karena itu, setiap produsen wajib memastikan seluruh tahapan produksi mulai dari pengadaan bahan baku, proses pemanggangan, hingga pengemasan benar-benar steril dari gluten.
Kasus Bake n Grind: Ketika Klaim “Gluten Free” Dipertanyakan
Nama Bake n Grind, salah satu bakery populer di Indonesia, mendadak menjadi sorotan setelah seorang ibu, Felicia Elizabeth, membagikan kisah pilunya di media sosial.
Ia mengaku bahwa putranya mengalami reaksi alergi berat berupa ruam dan pembengkakan tubuh setelah mengonsumsi produk Bake n Grind yang diklaim “gluten free”.