Baru Lulus Udah Mau Jadi Pembisnis? Ini Pandangan Dokter Tirta soal Kunci Sukses dan Stabilitas Finansial untuk Kaum Gen Z

Sabtu 11 Okt 2025, 09:40 WIB
Pandangan dr. Tirta tentang pentingnya financial stability bagi generasi muda: dari idealisme menuju realitas ekonomi yang berkelanjutan. (Sumber: Youtube/@MALAKA)

Pandangan dr. Tirta tentang pentingnya financial stability bagi generasi muda: dari idealisme menuju realitas ekonomi yang berkelanjutan. (Sumber: Youtube/@MALAKA)

Artinya, kesuksesan finansial bukan hanya soal kaya raya, melainkan tentang mencapai keseimbangan ekonomi pribadi agar seseorang tidak bergantung secara berlebihan pada pihak lain.

Financial Stability: Tujuan yang Lebih Realistis

Menurut Tirta, istilah financial stability lebih relevan bagi generasi muda saat ini. Ia menggambarkan kondisi ini sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, memiliki tabungan darurat, dan mampu bertahan dari guncangan ekonomi tanpa kehilangan arah.

Dalam konteks ini, mahasiswa tingkat akhir (semester 6–7) menjadi kelompok yang paling krusial. Banyak dari mereka berada di fase bingung antara melanjutkan studi, bekerja, atau berbisnis.

“Saya sering bilang ke mahasiswa: kalau sudah hampir lulus dan bingung mau ngapain, fokuslah dulu pada kestabilan finansial, bukan gelar CEO di bio Instagram,” jelasnya.

Menyoal Tren “Ingin Jadi Pengusaha”

Salah satu isu menarik yang diangkat oleh dr. Tirta adalah romantisasi profesi pengusaha. Banyak anak muda yang ingin berbisnis bukan karena passion, tapi karena terobsesi pada status sosial.

“Kalau alasanmu jadi pengusaha cuma biar bisa tulis CEO di bio Instagram, kamu salah besar,” katanya.

Tirta menegaskan bahwa dunia usaha penuh ketidakpastian (uncertainty). Seorang pengusaha sejati harus siap menghadapi fluktuasi pendapatan, tekanan pasar, hingga risiko gagal total. Ia juga menepis mitos “modal dengkul” yang sering dijadikan inspirasi oleh motivator generasi lama.

“Empat puluh tahun lalu, modal dengkul mungkin masih bisa. Sekarang? Sulit. Ekosistem bisnis sudah berubah total,” jelasnya.

Pentingnya Pengalaman di Usia 20–25 Tahun

Bagi Tirta, usia 20–25 tahun bukan waktu untuk mengejar kekayaan instan, tetapi fase untuk mengumpulkan pengalaman (experience). Pengalaman kerja, relasi profesional, hingga kegagalan adalah fondasi penting dalam membangun karakter dan kecerdasan finansial.

“Yang paling penting di usia 20–25 itu pengalaman. Dari mana pun — kerja, magang, atau kolaborasi,” ujarnya.

Dengan pengalaman yang cukup, seseorang bisa memahami realita bisnis, pola kerja, serta manajemen keuangan pribadi secara lebih matang.

Baca Juga: Nomor HP Kamu Terpilih? Buruan Klaim Saldo DANA Gratis Rp185.000 Hari Ini ke Dompet Elektronik

Menghadapi Realitas: Bukan Sekadar Idealisme


Berita Terkait


News Update