Mantan Anggota DPRD Gorontalo, Wahyudin Moridu Kini Jadi Kuli Angkut dengan Upah Rp200 Ribu Usai Dipecat

Senin 22 Sep 2025, 07:50 WIB
Wahyudin Moridu, mantan anggota DPRD Gorontalo, kini bekerja sebagai kuli angkut setelah dipecat dari jabatannya. (Sumber: Instagram)

Wahyudin Moridu, mantan anggota DPRD Gorontalo, kini bekerja sebagai kuli angkut setelah dipecat dari jabatannya. (Sumber: Instagram)

POSKOTA.CO.ID - Setelah resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai anggota DPRD Gorontalo, Wahyudin Moridu memilih jalan hidup baru yang jauh dari gemerlap politik.

Ia kini bekerja sebagai kuli angkut dengan upah sekitar Rp200 ribu per hari. Dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial, terlihat dirinya menyisihkan penghasilan tersebut ke dalam celengan sederhana.

"Alhamdulillah tadi habis ngangkat semen dan ngangkat buat arang, buat milu. Alhamdulillah dapat gaji Rp200 ribu, buat isi celengan," ungkap Wahyudin, dikutip poskota.co.id dari akun X @somexthread.

Meski kondisi ekonominya menurun drastis, istrinya, Mega Nusi, tetap memberikan dukungan penuh.
"InsyaAllah berkah," ujar Mega singkat namun penuh makna.

Baca Juga: Resmi! Daftar 25 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026, Unduh PDF SKB Tiga Menteri di Sini

Dari Kursi Dewan ke Pekerja Harian

Perubahan nasib ini terjadi setelah video kontroversial Wahyudin beredar luas. Dalam video tersebut, ia dengan gamblang menyebut penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi.

"Kita menuju Makassar menggunakan uang negara. Kita rampok aja uang negara ini, kita habiskan aja biar negara ini semakin miskin. Membawa hugel (selingkuhan) langsung ke Makassar menggunakan uang negara," ucapnya dalam rekaman video yang viral.

Pernyataan tersebut menimbulkan kecaman publik dan berujung pada pemecatannya sebagai anggota DPRD Gorontalo.

Baca Juga: Subsidi KLJ September 2025 Cair Kapan? Catat Jadwal Penyaluran Bantuan Rp300.000

Kisah Wahyudin kini menjadi sorotan publik. Banyak yang menilai bahwa peralihan profesinya menjadi kuli angkut adalah bentuk konsekuensi dari ucapannya sendiri.

Namun, sebagian masyarakat juga melihat hal ini sebagai bentuk penebusan kesalahan dan usaha untuk tetap bertahan hidup secara sederhana.


Berita Terkait


News Update