Hutama Karya Bangun Stasiun Bawah Tanah Glodok-Kota, Perpaduan Modernitas dan Sejarah Kota Tua

Jumat 05 Sep 2025, 14:00 WIB
Transformasi Transportasi Jakarta: Stasiun MRT Glodok-Kota Dibangun Hutama Karya dengan Arsitektur Kontekstual (Sumber: Dok/Hutama Karya)

Transformasi Transportasi Jakarta: Stasiun MRT Glodok-Kota Dibangun Hutama Karya dengan Arsitektur Kontekstual (Sumber: Dok/Hutama Karya)

Pendekatan ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur modern bisa sejalan dengan pelestarian warisan sejarah.

Dimensi dan Kompleksitas Stasiun

Kedua stasiun yang sedang dibangun memiliki skala besar dengan spesifikasi berbeda:

  • Stasiun Glodok: panjang 240 m, lebar 23,1 m, dua lantai, kedalaman 19,7 m
  • Stasiun Kota: panjang 411 m, lebar 21,1 m, tiga lantai, kedalaman 23,45 m

Teknologi perencanaan digital (BIM) diterapkan agar sistem arsitektur, listrik, air, dan ventilasi tidak saling bertabrakan. Hal ini mempercepat pengerjaan sekaligus menjaga kualitas hasil konstruksi.

Keselamatan, Lingkungan, dan Kenyamanan

Keselamatan menjadi prioritas utama. Setiap stasiun dilengkapi dengan:

  • Fire shutter terintegrasi dengan Building Automation System (BAS) yang tahan api hingga dua jam
  • Material non-combustible dan non-toxic
  • Detention tank untuk menampung air hujan sesuai rekomendasi Dinas SDA

Kebisingan lingkungan dipantau secara rutin, sementara lalu lintas dan utilitas diuji coba terlebih dahulu agar tidak mengganggu masyarakat.

Sentuhan Sosial: Pemberdayaan Masyarakat

Proyek ini tidak hanya berbicara beton dan baja. Hingga Juli 2025, 879 pekerja terlibat, dengan 97,3% di antaranya tenaga kerja lokal. Selain itu, tim proyek menjalankan program tanggung jawab sosial berupa:

  • Dukungan untuk panti asuhan
  • Partisipasi dalam kegiatan keagamaan
  • Pembangunan Community Center di Stasiun Jakarta Kota sebagai ruang sosialisasi dan edukasi masyarakat

Proyek ini lebih dari sekadar jalur bawah tanah. Ia adalah jembatan emosional yang menghubungkan warga dengan sejarah dan identitas kota.

Bagi pedagang Glodok, stasiun MRT baru akan membawa lebih banyak pengunjung. Bagi pejalan kaki, trotoar lebar dan akses ramah disabilitas menciptakan rasa aman dan inklusif. Bagi wisatawan, perjalanan menuju Kota Tua akan lebih mudah dan menyenangkan.

Yang menarik, proyek ini menunjukkan bahwa pembangunan besar tidak harus menghapus identitas lama. Justru, dengan pendekatan arsitektur naratif, MRT Jakarta menghadirkan ruang publik yang mendidik, menghibur, sekaligus memudahkan mobilitas.

Baca Juga: Bripka Rohmat Kena Sanksi Demosi 7 Tahun Usai Lindas Driver Ojol Affan Kurniawan

Dampak ke Depan

Ketika beroperasi nanti, lintasan Glodok–Kota diharapkan:

  • Mengurangi kemacetan di kawasan wisata dan perdagangan padat
  • Memperlancar arus pengunjung Kota Tua
  • Menjadi simpul transportasi penting yang menghubungkan titik-titik strategis Jakarta

Lebih dari itu, CP203 adalah contoh bagaimana sebuah kota bisa beradaptasi dengan modernitas tanpa kehilangan akarnya.


Berita Terkait


News Update