Pita berharap, agar halte-halte yang menjadi sasaran vandalisme maupun pembakaran dapat segera diperbaiki dan kejadian serupa tidak terulang.
"Semoga cepat diperbaiki dan jangan sampai kejadian kayak gini terulang lagi," ujar dia.
Kekecewaan juga dirasakan Brigitta, 25 tahun, warga Cengkareng, yang setiap hari menggunakan TransJakarta untuk berangkat kerja.
“Sangat disayangkan kelakuan seperti itu. Aku tiap hari kerja naik TJ (TransJakarta) dari Jembatan Baru Cengkareng sampai Balai Kota, pulangnya juga naik TJ,” ucapnya.
"Meskipun halte yang dibakar bukan tempat transit aku, tapi sebagai pengguna setia TJ aku marah banget lihat kejadian itu," katanya.
Baca Juga: 7 Halte TransJakarta Dibakar, Layanan Dihentikan Sementara
Brigitta menyampaikan, bahwa seharusnya aksi unjuk rasa atau demonstrasi hanya menyuarakan aspirasi, bukannya merusak fasilitas umum yang ada.
"Harusnya demo itu menyuarakan aspirasi tanpa merusak fasilitas umum. Kalau sudah begitu, rasanya tujuan utama dari unjuk rasa kemarin sudah melenceng," ungkap Brigitta.
Bahkan, dia menilai, perusakan fasilitas itu dilakukan oleh oknum-oknum yang hanya ingin membuat situasi semakin ricuh.
"Bukan lagi massa aksi melainkan oknum gak bertanggung jawab. Mungkin bisa jadi disengaja juga pembakaran fasos, fasumnya," tutur dia.
Lantas, Brigitta menilai perusakan fasilitas umum bukan hanya merugikan pemerintah Jakarta, melainkan juga masyarakat luas terkhusus pengguna TransJakarta.
"Kalau sudah begini, yang rugi bukan pemerintah Jakarta saja, tapi kita semua warganya," ungkapnya.