Peserta lainnya, Rio, menilai penjelasan tentang kapitasi membuatnya lebih mengerti bagaimana dana layanan kesehatan dikelola. Ia mengatakan, sebagai peserta ia merasa terbantu dengan keberadaan program JKN yang membuat biaya kesehatan lebih terjangkau.
“Dulu saya nggak ngerti kenapa dokter tetap ada di puskesmas walau pasien sedikit. Sekarang paham, karena mereka dibayar bulanan berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar, jadi layanan tetap berjalan,” tuturnya.
Dengan sistem ini, keberlanjutan layanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat terjaga. Masyarakat tetap bisa mengakses layanan kesehatan tanpa khawatir biaya konsultasi per kunjungan. Selain itu, FKTP memiliki kepastian pendapatan yang memungkinkannya merencanakan pengadaan obat, peralatan, dan tenaga medis secara lebih baik.
Baca Juga: Siapa Sintya Cilla? Ini Profil Wanita yang Klaim Punya Anak dari DJ Panda di Podcast Denny Sumargo
Skema kapitasi juga diharapkan mendorong pemerataan pelayanan kesehatan, baik di wilayah perkotaan maupun pelosok. Fasilitas kesehatan dengan jumlah peserta besar akan mendapat dana lebih besar untuk menunjang operasional, sementara fasilitas di daerah dengan peserta lebih sedikit tetap mendapatkan dukungan dana yang disesuaikan tarif yang berlaku.
Dengan demikian, anggapan bahwa dokter di FKTP hanya dibayar “seribu dua ribu” per pasien tidak sesuai fakta. Sistem kapitasi memastikan bahwa pembayaran layanan kesehatan dilakukan secara terstruktur, terencana, dan berkelanjutan, demi menjaga kualitas layanan bagi seluruh peserta JKN. Masyarakat pun diimbau untuk mencari informasi dari sumber resmi agar tidak terjebak pada informasi yang menyesatkan. (Ril)