Daftar 5 Kecamatan di Bogor Penyumbang Sampah Terbanyak, Satu Wilayah Catat Populasi 346.426 Jiwa

Sabtu 23 Agu 2025, 06:43 WIB
Berdasarkan data BPS 2024, rata-rata timbunan sampah di Bogor mencapai 2.766 ton per hari. (Sumber: Pinterest)

Berdasarkan data BPS 2024, rata-rata timbunan sampah di Bogor mencapai 2.766 ton per hari. (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Sampah masih menjadi salah satu permasalahan lingkungan paling mendesak di dunia, termasuk di Indonesia. Pertumbuhan penduduk, pesatnya urbanisasi, dan meningkatnya konsumsi masyarakat mendorong lonjakan volume sampah dari tahun ke tahun.

Tanpa pengelolaan yang tepat, timbunan sampah berpotensi mencemari lingkungan, mengancam kesehatan manusia, serta merusak keberlanjutan ekosistem.

Di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, persoalan ini menuntut perhatian serius. Bukan hanya karena wilayah ini termasuk padat penduduk, tetapi juga karena Bogor memiliki posisi strategis sebagai penyangga Ibu Kota Jakarta. Setiap masalah lingkungan yang timbul di Bogor dapat memberikan efek domino ke wilayah sekitarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, rata-rata timbunan sampah di Kabupaten Bogor mencapai 2.766 ton per hari. Angka tersebut menggambarkan skala tantangan yang luar biasa besar, baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat.

Lalu, kecamatan mana saja yang menjadi penyumbang sampah terbanyak?

Baca Juga: Insan Pers Lebak Kecam Kekerasan ke Wartawan di Serang

Lima Kecamatan Penyumbang Sampah Terbanyak di Kabupaten Bogor

1. Kecamatan Cibinong

Cibinong berada di urutan pertama dengan produksi sampah sekitar 182 ton per hari. Pada 2021, jumlah penduduk kecamatan ini mencapai 346.426 jiwa.

Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bogor sekaligus kawasan urban yang terus berkembang, Cibinong menghadapi masalah sampah dari aktivitas rumah tangga, pusat perbelanjaan, hingga kawasan perkantoran.

2. Kecamatan Gunung Putri

Di posisi kedua, Kecamatan Gunung Putri menghasilkan sekitar 147 ton sampah per hari dengan jumlah penduduk mencapai 294.195 jiwa pada 2023.

Gunung Putri berkembang pesat sebagai kawasan industri dan permukiman, yang membuat produksi sampah meningkat tajam. Banyaknya kompleks perumahan modern dan aktivitas komersial turut memperparah volume sampah harian.

3. Kecamatan Cileungsi

Cileungsi menyumbang sekitar 137 ton sampah per hari. Berdasarkan data 2022, jumlah penduduknya mencapai 297.200 jiwa. Kawasan ini dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi dengan banyaknya pasar tradisional, sentra usaha kecil, dan kawasan permukiman. Kombinasi faktor ini menjadikan Cileungsi sebagai salah satu penyumbang sampah terbesar di Bogor.

4. Kecamatan Bojonggede

Bojonggede menghasilkan sekitar 135 ton sampah per hari, dengan jumlah penduduk pada 2022 mencapai 306.362 jiwa. Sebagai daerah penyangga Jakarta, Bojonggede mengalami pertumbuhan perumahan yang sangat cepat.

Mobilitas penduduk yang tinggi dari dan menuju Ibu Kota membuat konsumsi masyarakat semakin meningkat, dan otomatis produksi sampah pun melonjak.

5. Kecamatan Citeureup

Menutup daftar lima besar, Citeureup menghasilkan sekitar 110 ton sampah per hari dengan jumlah penduduk 221.710 jiwa pada 2023.

Kecamatan ini juga dikenal sebagai kawasan industri besar di Kabupaten Bogor, sehingga selain sampah rumah tangga, terdapat pula kontribusi dari aktivitas pabrik dan usaha menengah.

Masalah sampah bukan sekadar angka tonase. Bagi masyarakat, sampah sangat nyata terasa dalam kehidupan sehari-hari. Tumpukan sampah yang tidak segera diangkut dapat menimbulkan bau menyengat, mengundang lalat, bahkan meningkatkan risiko penyakit seperti diare, demam berdarah, dan infeksi kulit.

Bagi warga yang tinggal dekat Tempat Pembuangan Sementara (TPS), persoalan ini menjadi lebih rumit. Mereka harus hidup berdampingan dengan sampah yang menumpuk, yang tidak jarang merusak kenyamanan dan kesehatan lingkungan sekitar.

Selain itu, dari perspektif psikologis, lingkungan yang kotor dapat memengaruhi kualitas hidup, menurunkan rasa nyaman, dan bahkan mengurangi nilai estetika wilayah tempat tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya soal teknis, melainkan juga tentang menjaga martabat hidup manusia.

Tantangan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bogor

  1. Pertumbuhan Penduduk yang Pesat
    Setiap penambahan jumlah penduduk berbanding lurus dengan bertambahnya produksi sampah. Kabupaten Bogor, sebagai wilayah urban dan penyangga Jakarta, terus menerima arus urbanisasi.
  2. Keterbatasan Infrastruktur
    Kapasitas armada pengangkut sampah dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sering kali tidak seimbang dengan volume sampah yang ada.
  3. Kesadaran Masyarakat yang Masih Rendah
    Banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan atau belum membiasakan pemilahan sampah organik dan anorganik.
  4. Beban Lingkungan yang Tinggi
    Jika tidak dikelola dengan baik, tumpukan sampah dapat mencemari sungai, tanah, hingga udara.

Baca Juga: Pemuda Tertabrak KRL di Bogor, Ditemukan Tidak Bernyawa

Solusi Berkelanjutan untuk Mengatasi Sampah

  1. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
    Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilah sampah dari rumah menjadi langkah awal yang sangat krusial.
  2. Pengembangan Bank Sampah dan Ekonomi Sirkular
    Bank sampah dapat mendorong masyarakat untuk menabung sampah anorganik yang bisa didaur ulang. Ini bukan hanya solusi lingkungan, tetapi juga memberikan nilai ekonomi.
  3. Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah
    Penggunaan teknologi seperti incinerator ramah lingkungan, sistem biogas, hingga komposting skala besar dapat membantu mengurangi beban TPA.
  4. Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
    Dunia usaha dapat terlibat dalam pengelolaan sampah melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
  5. Peningkatan Infrastruktur dan Sistem Pengangkutan
    Menambah armada truk sampah, memperluas jaringan TPS, serta memperbaiki sistem logistik pengangkutan dapat mengurangi penumpukan sampah di wilayah padat penduduk.

Fenomena tingginya produksi sampah di Kabupaten Bogor, khususnya di lima kecamatan utama Cibinong, Gunung Putri, Cileungsi, Bojonggede, dan Citeureup menunjukkan bahwa masalah ini bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga berkaitan dengan pola hidup masyarakat.

Dengan jumlah timbunan sampah mencapai 2.766 ton per hari, dibutuhkan strategi pengelolaan yang terintegrasi, berkelanjutan, dan melibatkan semua pihak. Pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat harus bergandengan tangan menciptakan solusi yang tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga membangun peradaban yang lebih peduli terhadap lingkungan.

Karena pada akhirnya, sampah bukan hanya masalah kotoran yang harus dibuang, melainkan cerminan cara kita memperlakukan bumi yang menjadi rumah bersama.


Berita Terkait


News Update