POSKOTA.CO.ID - Ketika berbicara mengenai kesehatan publik, terutama HIV AIDS, data yang valid adalah fondasi utama. Hal ini ditegaskan oleh Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, dalam pertemuan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bogor periode 2025–2028 di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor pada 22 Agustus 2025.
Dedie mengibaratkan fenomena HIV AIDS sebagai gunung es: apa yang tampak hanyalah sebagian kecil, sementara realita di bawah permukaan bisa jauh lebih besar.
Artinya, kasus yang terdeteksi di layanan kesehatan belum tentu merepresentasikan jumlah sebenarnya. Banyak individu mungkin belum menyadari status kesehatannya, atau bahkan enggan melakukan tes karena stigma sosial.
Kondisi ini menggambarkan ketakutan yang masih menghantui masyarakat bukan hanya soal penyakit, tetapi juga soal penerimaan. Inilah sebabnya mengapa data valid bukan sekadar angka, melainkan cerita nyata dari ribuan orang yang membutuhkan perlindungan.
Baca Juga: Diduga Terlibat Tindak Kekerasan, 2 Anggota Brimob Diperiksa Polda Banten
Kolaborasi Lintas Sektor, Bukan Hanya Tugas Pemerintah
Mengutip dari Antara Dedie dalam pidatonya menegaskan bahwa penanganan HIV AIDS tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor adalah kunci. Dunia kesehatan, pendidikan, organisasi sosial, hingga masyarakat umum harus ikut bergerak.
“Kasus HIV AIDS ibarat gunung es, yang tampak di permukaan hanya sebagian kecil, sedangkan jumlah yang belum terdeteksi kemungkinan jauh lebih banyak. Oleh karena itu, ketersediaan data yang akurat sangat penting sebagai landasan dalam merumuskan kebijakan,” ujar Dedie.
Keterlibatan masyarakat menjadi penting karena HIV AIDS kerap menyebar lewat perilaku berisiko yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Apabila hanya pemerintah yang bekerja, strategi pencegahan tidak akan maksimal. Namun, jika masyarakat ikut peduli, stigma bisa berkurang, akses tes meningkat, dan penderita bisa lebih terbuka dalam mencari pengobatan.
Seorang aktivis kesehatan di Bogor pernah mengungkapkan, “Kita tidak bisa melawan HIV dengan diam. Keterbukaan adalah senjata, dan kolaborasi adalah benteng.” Pernyataan ini sejalan dengan semangat Dedie, yang menekankan pentingnya bahu-membahu menghadapi masalah kesehatan publik.
Pentingnya Edukasi Remaja
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bogor sekaligus Ketua Pelaksana Harian KPA, Denny Mulyadi, memberikan penekanan pada sisi edukasi. Menurutnya, generasi muda perlu mendapatkan pemahaman sejak dini tentang HIV AIDS, agar tidak terjerumus pada perilaku berisiko.