POSKOTA.CO.ID - Nama Jusuf Hamka, dikenal luas sebagai salah satu konglomerat Indonesia dengan bisnis jalan tol dan investasi yang menggurita.
Namun, di balik kekayaan yang dimilikinya, ia justru menekankan pentingnya kesederhanaan hidup. Pesan-pesan finansial yang ia sampaikan kerap terasa sederhana, tetapi penuh makna: jangan gengsi, jangan boros, dan prioritaskan kebutuhan mendasar sebelum gaya hidup mewah.
Bagi generasi milenial yang hidup di era digital penuh distraksi, pesan ini terasa sangat relevan. Media sosial sering kali menampilkan gaya hidup serba instan: nongkrong di kafe mahal, membeli gadget terbaru, atau traveling tanpa perhitungan. Namun, apakah semua itu menjamin kenyamanan hidup jangka panjang?
Jusuf Hamka menjawab dengan tegas: “Tidak perlu gengsi, karena gengsi itu biayanya mahal.”
Tips Keuangan dari Jusuf Hamka untuk Milenial
1. Jangan Boros, Belajarlah Menghargai Uang Kecil
Dalam salah satu nasihatnya, Jusuf Hamka menyarankan:
“Kalau ada uang Rp100.000, cobalah habiskan dalam 100 hari.”
Pesan ini bukan berarti benar-benar harus membagi Rp100.000 menjadi Rp1.000 per hari, melainkan sebuah filosofi tentang kesabaran dan efisiensi. Generasi muda sering tergoda untuk menghabiskan uang kecil tanpa pikir panjang: membeli kopi setiap hari, jajan online, atau belanja impulsif. Padahal, jika ditabung, uang kecil itu bisa menjadi modal besar di masa depan.
Bagi Hamka, menghargai uang kecil adalah fondasi membangun mental kaya. Karena sejatinya, orang kaya bukan karena berapa banyak uang yang masuk, tetapi bagaimana cara mereka mengelolanya.
2. Jangan Terkecoh Gaya Hidup
Ia mencontohkan, seorang pekerja dengan gaji UMR sekitar Rp4 juta justru bisa menghabiskan seperempat gajinya untuk makan di restoran seharga Rp1 juta. Pola konsumsi semacam ini dinilai merugikan, karena lebih mementingkan gengsi daripada kebutuhan.
Jusuf Hamka menekankan bahwa gaya hidup harus menyesuaikan pendapatan, bukan sebaliknya. Banyak orang terjebak pada lifestyle inflation semakin besar pendapatan, semakin tinggi pula pengeluaran untuk hal-hal konsumtif. Padahal, pola ini hanya akan membuat seseorang sulit menabung dan tidak memiliki tabungan jangka panjang.