POSKOTA.CO.ID - Tragedi bermula pada Rabu, 20 Agustus 2025 malam di area parkir Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur. Ilham yang dikenal sebagai sosok bankir muda berprestasi, tiba-tiba disergap sekelompok pria. Tanpa sempat meminta pertolongan, ia diseret paksa masuk ke dalam mobil.
Keesokan harinya, Kamis (21/8) pagi, jasad Ilham ditemukan di sebuah sawah di kawasan Bekasi dengan kondisi mengenaskan. Kepalanya dilakban, tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kekerasan, menandakan adanya eksekusi brutal setelah penculikan.
Polisi bergerak cepat. Empat pria berhasil dibekuk. Namun, seperti dijelaskan Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Ressa Fiardi Marasabessy, keempatnya hanyalah eksekutor penculikan, bukan pembunuh.
“Empat pelaku yang sudah diamankan ini yang menculik, bukan yang membunuh korban,” jelas Ressa.
Baca Juga: Ratusan Pil Daftar G dan Alat Hisap Sabu Disita dari Warung Kelontong di Depok
Fakta Polisi: Eksekutor Penculikan Bukan Eksekutor Pembunuhan
Pernyataan resmi kepolisian memperjelas satu hal penting: pembunuhan Ilham dilakukan pihak lain yang masih buron.
Menurut AKP Charles Bagaisar, Kanit IV Subdit Resmob, hasil interogasi menunjukkan bahwa keempat pelaku hanya ditugaskan membawa Ilham dari lokasi kejadian. Mereka mengakui menyeret korban keluar dari parkiran supermarket dan menyerahkannya pada pihak lain.
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar: Siapa pihak yang sebenarnya merencanakan pembunuhan ini?
Luka Mendalam di Balik Angka dan Jabatan
Bagi publik, nama Ilham mungkin dikenal sebatas jabatan seorang Kepala Cabang bank. Namun, di balik titel itu, ia adalah seorang ayah, suami, anak, dan sahabat. Kehilangan mendadak ini menjadi trauma mendalam bagi keluarga.
Istrinya, menurut kesaksian kerabat, sulit menerima kenyataan. Anak-anaknya kehilangan figur ayah yang selama ini menjadi teladan. Dunia kerja BRI pun dikejutkan dengan fakta bahwa seorang pimpinan muda bisa menjadi korban kejahatan keji yang direncanakan.
Tragedi ini juga memberi refleksi: di tengah dunia perbankan yang penuh tekanan dan persaingan, masih ada kerentanan kemanusiaan yang bisa menjadi celah tindak kriminal.