POSKOTA.CO.ID - Etika politik belakangan acap dikupas dan dibahas. Tidak jarang pula menjadi bahan gunjingan dan sindiran oleh elite politik kepada elite lainnya, saling mengingatkan.
Bicara soal etika berarti bicara baik dan buruk, benar dan salah. Pantas dan tidak pantas. Ini bisa soal ucapan dan perbuatan lebih – lebih sebagai pejabat publik.
“Keseleo lidah bisa viral, meski tujuannya bercanda,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Yang namanya pejabat selalu mendapat sorotan, namanya juga public figure. Segala gerak geriknya diamati. Siapa saja yang ditemui, disalami dan tidak disalami ikut dicermati,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Mari Berani Mawas Diri
“Lain sama kita – kita ini ya, siapa yang mau mengamati,” kata Heri.
“Syukur;ah kalau sadar diri. Namun begitu bukan lantas bersikap seenaknya. Kita harus tetap punya etika dan sopan santun, “ kata mas Bro.
“Kita semua punya etika dan tata krama dalam pergaulan dan berteman. Harus tahu adab dan tempat. Bicara pun yang etis –etis saja,” kata Heri.
“Kalau politisi, sepatutnya mengedepankan etika politik dalam melakukan atraksi politik. Memberi teladan dalam berpolitik kepada publik,” ujar Yudi.
“Iya, keteladanan melalui ucapan dan perbuatan. Melalui hal sederhana tapi penuh makna dan mengena,” kata Heri.
“Lagi pula politik adalah seni. Kadang sentuhan kecil, lebih bermakna dan berhasil guna, ketimbang propaganda penuh retorika. Sentuhan kecil kadang lebih efektif, ketimbang tindakan masif,” kata mas Bro.