2 Siswi Tewas Tenggelam, Ketua RW Sebut Kolam Renang SDIT Ibnul Jazari Tertutup dan Minim Ventilasi

Rabu 13 Agu 2025, 21:11 WIB
Ketua RW 24 Perumahan Pondok Ungu Permai, Babelan, Bekasi, Anwarudin. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Ketua RW 24 Perumahan Pondok Ungu Permai, Babelan, Bekasi, Anwarudin. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

BABELAN, POSKOTA.CO.ID - Ketua RW 24 Perumahan Pondok Ungu Permai, Sektor 5 Blok A6/2, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Anwarudin, 57 tahun, mengaku baru mengetahui tragedi tenggelamnya dua siswi kelas 1 SDIT Ibnul Jazari, KBW, 7 tahun, dan FAP, 6 tahun, pada Senin, 11 Agustus 2025, sekitar pukul 23.00 WIB.

“Saya tahunya juga malam, sekitar jam 11 (23.00 WIB). Ada kabar dari warga bahwa siangnya itu ada kejadian anak siswa kelas 1 SD yang berenang, terus meninggal di sekolahan Ibnul Jazari RT 10 RW 24,” ujar Anwar saat ditemui di lokasi kolam renang, Rabu 13 Agustus 2025.

Keesokan paginya, Anwar mencoba mendatangi sekolah tersebut, namun kondisinya sepi karena diliburkan.

“Pagi-pagi saya ke sini, tapi sepi karena sekolahan tutup. Saya dapat informasi dari warga katanya semuanya diliburkan dan sedang ada takziah ke rumah korban,” tuturnya.

Awalnya, Anwar hanya mendengar satu siswa yang tewas tenggelam. Namun, belakangan ia kaget mengetahui jumlah korban mencapai dua orang.

Baca Juga: Hanya Diawasi Dua Guru, Dua Siswi SDIT Ibnul Jazari Bekasi Tewas Tenggelam saat Ekskul Renang

“Dapat informasinya tadinya satu orang yang meninggal, saya baru tadi mendengar bahwa ini korbannya ada dua,” ucapnya.

Kolam renang milik Sekolah Ibnul Jazari yang berdiri di lingkungan RW 24 tersebut ternyata menempati rumah hunian. Menurut Anwar, pihak sekolah tidak pernah memberikan laporan, baik ke pengurus lingkungan maupun kepadanya secara pribadi terkait adanya kegiatan ekstrakurikuler renang.

“Jadi begitu ada kejadian seperti ini, saya langsung melapor ke pihak Lurah. Hari ini saya baru tahu kalau dari pihak kepolisian sudah datang ke sekolah atau TKP untuk cek kondisi kolam renang,” katanya.

Sebagai RW yang sudah tiga periode menjabat, Anwar mengaku dirinya jarang berinteraksi dengan pihak sekolah karena keadaan lingkungan yang cukup tertutup.

“Kalau kerja bakti di lingkungan, saya nggak pernah ketemu pihak sekolah. Ke depan saya berharap ada sinergi antara pihak lingkungan dan sekolah atau yayasan apa pun,” ujarnya.

Menurutnya, hal itu penting agar jika ada kegiatan atau kejadian, pihak RW tidak sampai terlambat mengetahui.

Baca Juga: Polisi Periksa 6 Saksi Terkait Tewasnya 2 Siswi SDIT Ibnul Jazari Bekasi di Kolam Renang

“Sehingga kalau ada kejadian bisa diminimalisir. Jangan sampai saya tahunya dari warga, ini sangat saya sayangkan,” imbuhnya.

Terkait kondisi kolam renang, Anwar menilai fasilitas tersebut sangat tertutup dan minim ventilasi. Ia menilai, seharusnya pihak sekolah memiliki standar dan ukuran tertentu mengenai kolam renang yang akan digunakan oleh murid-murid yang masih pemula.

“Dari segi ventilasi kurang. Terus kalau tadi kami lihat bareng-bareng, kan harus ada standarnya. Apalagi untuk anak-anak harus ada ukurannya. Misalnya 50 cm, 80 cm, 100 cm, sehingga mana yang aman untuk pemula,” jelasnya.

Anwar juga menyoroti jumlah murid yang mencapai 25 orang bahkan lebih, namun hanya diawasi dua pendamping.

“Harusnya karena ini pemula, pengawasannya harus ekstra. Apalagi anak-anak kelas 1. Ini sangat disayangkan,” katanya.

Ia menilai, kegiatan sekolah seperti ini seharusnya mengikuti SOP yang ketat.

“Saya selaku RW menyerahkan kembali kepada instansi yang berkompeten, baik dari dinas pendidikan maupun kecamatan, karena kami hanya mengakomodir warga yang melaporkan,” ujarnya.

Sekolah ini, kata Anwar, sudah berdiri sekitar delapan tahun. Sebelumnya, gedung tersebut milik sekolah lain.

“Dulu kan memang bukan sekolah ini, terus dibeli sama Yayasan Ibnul Jazari. Cuma kalau saya kontrol ke sini ya terlalu tertutup,” jelasnya.

Saat ini tragedi tewasnya KBW dan FAP yang tenggelam di kolam renang milik sekolah terus menjadi sorotan. Peristiwa nahas ini terjadi saat kegiatan ekstrakurikuler renang perdana bagi murid kelas 1 yang digelar seusai jam pelajaran sekolah. Kedua korban yang diketahui tidak bisa berenang, hanya didampingi dua guru pendamping.

Kapolsek Babelan, Kompol Wito, menegaskan pihaknya telah melakukan olah TKP sejak awal laporan masuk.

Baca Juga: 2 Siswi SDIT Ibnul Jazari Bekasi Tewas Tenggelam di Kolam Renang, Polisi Sebut Pihak Sekolah tidak Kooperatif

“Pemeriksaan ini bukan sekali saja. Dari awal sudah kami lakukan pengecekan-pengecekan terus. Hari ini juga didampingi Pak RW, Pak RT, dan pihak sekolah,” ujarnya.

Dalam peristiwa tersebut Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk pakaian korban dan rekaman CCTV.

“Di dalam kolam renang belum ada CCTV, tapi di luar sudah kami lihat kapan anak masuk. Secara kasat mata, kondisi kolam renang ini tidak ada ventilasi udara,” kata Wito.

Wito mengatakan hingga saat ini sudah ada enam saksi yang telah diperiksa oleh pihak kepolisian. Terdiri dari keluarga korban dan pihak sekolah.

“Kami masih melakukan pemeriksaan lanjutan dan menunggu hasil pemeriksaan ahli terkait standar kolam renang,” tambahnya.

Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi, AKBP Agta Bhuwana Putra, menjelaskan wali murid memang tidak diperbolehkan mendampingi anak saat ekskul.

“Pada saat mengikuti ekskul renang, wali murid tidak diperbolehkan ikut mendampingi. Anak-anak hanya didampingi guru Yayasan,” kata Agta. (cr-3)


Berita Terkait


News Update