Trauma Beli Beras Oplosan, Warga Bekasi Pilih Beli ke Penggilingan Padi

Jumat 01 Agu 2025, 22:35 WIB
Penggilingan padi di Kampung Tambun Tua, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jumat, 1 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

Penggilingan padi di Kampung Tambun Tua, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jumat, 1 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

TAMBUN UTARA, POSKOTA.CO.ID - Maraknya peredaran beras kemasan berlabel premium yang diduga oplosan di sejumlah wilayah di Bekasi membuat masyarakat resah dan kecewa. Sejumlah warga kini mengaku kapok membeli beras kemasan dari pasar modern maupun tradisional dan lebih memilih beras hasil gilingan langsung dari penggilingan padi lokal.

Fenomena ini kian meluas di kalangan masyarakat pedesaan maupun pinggiran kota, khususnya di wilayah Babelan, Tambun, dan Karang Satria. Warga menyebut, harga mahal tidak menjamin kualitas.

Ernahwati, 36 tahun, warga Karang Satria, Tambun Utara, mengaku kecewa usai beberapa kali membeli beras kemasan bermerek yang diklaim sebagai beras premium. Namun, hasilnya jauh dari ekspektasi.

“Dulu saya sempat beberapa kali beli beras premium, harganya hampir Rp15 ribu per kilo, tapi kualitasnya jelek. Sekarang saya mending beli langsung ke penggilingan. Selain harganya murah, lebih enak juga rasanya,” kata Ernahwati kepada Poskota, Jumat, 1 Agustus 2025.

Baca Juga: Ibu di Bekasi Resah Beras Oplosan: Beli Mahal Ternyata Palsu

Ernah mengaku awalnya membeli beras di penggilingan padi karena faktor ekonomi. Namun kini justru merasa lebih aman dan puas dari segi kualitas.

“Sudah lama saya nggak beli beras kemasan. Kalau di penggilingan, saya bisa lihat sendiri berasnya, masih segar, dan nggak nyampur-nyampur. Kalau beli beras kemasan di toko besar atau pasar, saya enggak tahu isinya beneran bagus atau nggak,” tuturnya.

Ia juga menyesalkan lemahnya pengawasan terhadap distribusi beras di pasaran. Ernah berharap pemerintah, khususnya Dinas Perdagangan dan Satgas Pangan, segera turun tangan dan melakukan pengecekan terhadap kualitas serta keaslian beras kemasan yang beredar.

“Kami masyarakat kecil ini cuma ingin beli beras yang layak untuk makan keluarga. Jangan sampai kami ditipu terus-terusan. Harga sudah mahal, kualitas malah di bawah standar,” ujarnya.

Baca Juga: DPRD Nilai Kasus Mutu Beras sebagai Ujian BUMD Jakarta

Selain kualitas, warga juga mengeluhkan selisih harga yang cukup mencolok. Menurut Nimah, 48 tahun, warga Tambun Utara, beras dari penggilingan padi bisa dibeli seharga Rp10–Rp11 ribu per kilogram, sementara beras kemasan premium dijual di atas Rp14 ribu per kilogram, namun mutu dan rasanya justru lebih mengecewakan.

“Percuma premium kalau ternyata kualitas di bawah standar. Atau sekarang dibilangnya beras oplosan. Kami memang enggak tahu pasti, tapi rasa kecewanya itu nyata. Jadi kami pilih cara aman dengan beli langsung dari penggilingan,” ujar dia.

Ia mengatakan situasi ini semakin menambah beban masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Ketika harga kebutuhan pokok terus naik, termasuk beras, masyarakat makin selektif dalam memilih sumber pangan.

Nimah berharap ke depan ada transparansi dalam distribusi beras, termasuk pelabelan yang jujur sesuai dengan kualitas sebenarnya.

Baca Juga: Pramono Terima Surat Pengunduran Dirut Food Station Buntut Kasus Mutu Beras

“Kami harap kejadian seperti ini nggak terulang. Jangan sampai rakyat kecil jadi korban terus. Pemerintah harus serius awasi kualitas beras, terutama yang sudah dikemas dan diberi label-label premium,” katanya. (CR-3)


Berita Terkait


News Update