Hal yang sama juga dikeluhkan oleh James Fernando, 35 tahun, warga Ciledug, Tangerang, Banten. Menurutnya peristiwa tawuran yang kerap terjadi pada saat malam hingga dini hari sangat mengganggu ketenangan masyarakat. Terutama anak-anak dan lansia, merasa was-was untuk keluar rumah.
"Mereka sering membawa senjata tajam seperti celurit atau kayu bahkan lemparan batu itu berterbangan, itu kan bahaya kalau kena orang kena kaca rumah orang," keluh James.
Baca Juga: Tawuran Masih Marak di Jakarta, Pakar Sebut 3 Faktor Ini Jadi Pemicu
James menyebut, dampak tawuran ini juga terasa pada perekonomian lokal. Banyak pedagang kaki lima yang memilih menutup lapak lebih awal karena takut menjadi sasaran atau kehilangan pelanggan.
Bahkan, dia sendiri sendiri, sebagai warga, merasa kesal karena akses jalan sering diblokir oleh kelompok remaja yang berkumpul. Belum lagi kerusakan properti, seperti pagar rumah atau kaca kendaraan, yang sering terjadi akibat aksi tidak bertanggung jawab ini.
"Saya melihat akar masalah tawuran ini sering kali berasal dari konflik kecil, seperti saling ejek di media sosial atau persaingan antar kelompok remaja," beber James.
Sebagai warga, James sangat berharap pihak berwenang dan komunitas lokal bisa bekerja sama untuk mengatasi masalah ini.
Kemudian juga perlu ada patroli rutin di titik-titik rawan tawuran, serta program pembinaan untuk remaja agar mereka memiliki kegiatan yang lebih produktif. Dia ingin Ciledug bisa menjadi tempat yang aman dan bebas dari tawuran.
"Minimnya ruang bagi remaja untuk menyalurkan energi positif, seperti kegiatan olahraga atau seni, membuat mereka mencari “hiburan” dengan cara yang salah. Saya juga mendengar bahwa beberapa remaja terlibat karena tekanan temannya buat ikut tawuran," ucap Jemes.