Analis dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, merekomendasikan trading buy untuk saham GJTL, dengan target harga Rp 1.200 per saham.
Menurut Wafi, GJTL saat ini tengah mengalihkan sebagian besar labanya untuk ekspansi dan pengurangan utang (deleverage), yang dinilai sebagai strategi jangka panjang yang sehat, meski mungkin membatasi distribusi dividen besar dalam waktu dekat.
Potensi vs Risiko
Kelebihan GJTL:
- Pemain dominan di pasar regional
- Pendapatan stabil dari segmen ban pengganti
- Kemampuan ekspor tinggi
Risiko Investasi:
- Volatilitas harga karet alam
- Ketergantungan terhadap sektor otomotif nasional
- Kompetisi dari produsen ban asal Tiongkok dan India
Baca Juga: Timothy Ronald Ungkap Bahaya Pola Pikir Miskin: 'Jangan Sampai Mati dalam Keadaan yang Sama'
Harga Saham dan Arah Tren
Per 24 Juli 2025, saham GJTL berada di level Rp 1.130, mengalami koreksi tipis 0,44% dari hari sebelumnya. Secara year-to-date, saham GJTL turun 1,31%, mencerminkan pasar yang masih berhati-hati terhadap sektor manufaktur otomotif.
Namun, bagi investor yang mencari dividen stabil dan fundamental kuat, GJTL menawarkan prospek yang menjanjikan.
Investor kawakan Lo Kheng Hong diketahui pernah memegang saham GJTL di masa lalu. Menurutnya dalam wawancara terdahulu, “perusahaan manufaktur yang rajin ekspor, punya pabrik sendiri, dan kuat di pasar domestik selalu punya nilai tersembunyi.” Ungkapan ini bisa menjadi landasan berpikir bagi investor jangka panjang yang tidak hanya mengejar dividen sesaat, tetapi pertumbuhan nilai intrinsik perusahaan.
Baca Juga: Ramalan Zodiak 25 Juli 2025: Waktunya Menemukan Keberanian, Cinta, dan Tujuan Hidup