Sejarah Kelam Proyek BKT: Dari Gagasan 1973 hingga Realisasi 2010

Senin 07 Jul 2025, 13:26 WIB
Sejarah panjang Banjir Kanal Timur Jakarta dari gagasan 1973 hingga realisasi 2010. Mengapa infrastktur ini belum bisa mengatasi banjir secara tuntas Baca faktanya. (Sumber: YouTube/AFA Channel)

Sejarah panjang Banjir Kanal Timur Jakarta dari gagasan 1973 hingga realisasi 2010. Mengapa infrastktur ini belum bisa mengatasi banjir secara tuntas Baca faktanya. (Sumber: YouTube/AFA Channel)

POSKOTA.CO.ID - Musim hujan datang lagi, dan seperti ritual tahunan, banjir kembali menerjang wilayah timur Jakarta. Banjir Kanal Timur (BKT) yang diharapkan menjadi solusi permanen, ternyata belum sepenuhnya mampu mengatasi masalah ini.

Padahal, proyek yang menghabiskan waktu puluhan tahun dari perencanaan hingga realisasi ini seharusnya menjadi penangkal banjir yang efektif bagi ibukota.

Faktanya, BKT justru menjadi cerminan kompleksitas penanganan banjir di Jakarta. Kanal yang mulai dibangun pada 2002 dan selesai delapan tahun kemudian ini harus berhadapan dengan perubahan lanskap kota yang drastis, pembebasan lahan yang rumit, dan sistem pendukung yang belum optimal.

Kisah sejarah BKT mengajarkan bahwa membangun infrastruktur besar saja tidak cukup, diperlukan pendekatan terpadu untuk benar-benar mengatasi banjir di Jakarta.

Baca Juga: Sejarah Soto Tangkar Betawi: Lahir dari Keterbatasan Masa Penjajahan Belanda Hingga Jadi Kuliner Legendaris

Gagasan Lama, Realisasi yang Tertunda

Proyek BKT pertama kali dirancang pada 1973 oleh NEDECO, konsultan teknik asal Belanda. Kanal ini dimaksudkan untuk menampung luapan enam sungai di wilayah timur Jakarta: Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, Cakung, dan sekitarnya.

Namun, butuh waktu hampir 30 tahun bagi pemerintah untuk memulai pembangunannya pada 2002. Kanal tersebut akhirnya selesai pada 2010, hampir empat dekade sejak pertama kali diwacanakan.

Penundaan ini bukan tanpa alasan. Kawasan timur Jakarta yang dulunya relatif terbuka telah berubah menjadi permukiman padat sejak 1980-an. Pembebasan lahan menjadi tantangan terbesar, sementara biaya proyek terus membengkak akibat inflasi dan perubahan tata ruang.

Baca Juga: Kisah Berdarah Tanah Abang: Pertarungan Dua Raja Preman, Hercules vs Daeng Malik Raja Preman Makassar

Warisan Kolonial yang Tak Lagi Memadai

BKT sebenarnya adalah bagian dari Master Plan Drainase dan Pengendalian Banjir Jakarta, yang mengadopsi ide insinyur era kolonial seperti van Breen dan van Blommestein. Mereka membayangkan Jakarta dilindungi oleh dua kanal utama: Banjir Kanal Barat (BKB) dan Banjir Kanal Timur (BKT).

Namun, Jakarta kini jauh berbeda dari masa kolonial. Urbanisasi yang masif ke timur dan selatan membuat lahan resapan menyusut, saluran air menyempit, dan sedimentasi semakin cepat. Akibatnya, BKT tidak lagi cukup untuk menanggulangi banjir yang semakin kompleks.

BKT Sudah Berdiri, Tapi Banjir Tak Juga Hilang


Berita Terkait


News Update