Meski telah beroperasi sejak 2010, BKT belum sepenuhnya membebaskan Jakarta Timur dari banjir. Masalahnya bukan hanya pada ukuran kanal, melainkan juga sistem pendukung yang belum optimal.
Banyak saluran kecil belum terhubung langsung ke BKT, normalisasi sungai belum merata, dan ruang resapan air telah beralih fungsi menjadi permukiman dan beton.
Akibatnya, genangan masih sering terjadi, bahkan di sekitar kawasan kanal itu sendiri. BKT menjadi bukti bahwa infrastruktur pengendali banjir tidak bisa bekerja sendiri, diperlukan integrasi sistem, koordinasi lintas wilayah, dan penataan ulang tata ruang yang berani.
Jakarta Butuh Solusi yang Lebih Holistik
Kisah BKT mengajarkan bahwa penanganan banjir tidak bisa hanya mengandalkan proyek infrastruktur besar. Perlu ada upaya serius untuk memperbaiki tata kelola air, mengendalikan alih fungsi lahan, dan memperkuat sistem drainasi mikro.
Tanpa itu, kanal sebesar apa pun hanya akan menjadi saluran air yang lewat, tanpa menyelesaikan akar masalah.
Jakarta telah menunggu BKT selama puluhan tahun. Namun, ketika kanal itu akhirnya selesai, kota sudah berubah, dan air tetap menemukan jalannya sendiri.