Siapa Abang Poa? Menelisik Jejak Sejarah dan Kejayaan Pasar Tanah Abang Jakarta

Sabtu 05 Jul 2025, 19:43 WIB
Asal usul Pasar Tanah Abang Jakarta. (Sumber: YouTube/Djakarta Unique)

Asal usul Pasar Tanah Abang Jakarta. (Sumber: YouTube/Djakarta Unique)

Dari tiga pendapat tersebut, masyarakat Jakarta memiliki keyakinan masing-masing, meski semuanya sama-sama menarik untuk ditelusuri.

Sejarah Berdirinya Pasar Tanah Abang

Beralih dari kawasan ke pasar, catatan sejarah menunjukkan bahwa Pasar Tanah Abang sudah ada sejak abad ke-17, tepatnya pada 30 Agustus 1735. Pasar ini dibangun oleh Yustinus Vinck atas izin Gubernur Jenderal Abraham Patras. Tujuannya, untuk menyaingi popularitas Pasar Senen yang lebih dulu ramai di Batavia.

Awalnya, pasar Tanah Abang hanya terdiri dari 229 petak papan dan 139 petak bambu beratap rumbia. Meski sederhana, pasar ini cepat berkembang dan sukses menarik banyak pedagang serta pembeli, baik dari warga lokal hingga wisatawan.

Perputaran uangnya pun fantastis, mencapai ratusan miliar rupiah per hari, terutama menjelang Lebaran. Pasar Tanah Abang juga menjadi langganan para tokoh besar, termasuk beberapa Presiden Republik Indonesia yang pernah berbelanja di sana. Semua ini membuktikan bahwa popularitas pasar Tanah Abang bukan sekadar isapan jempol.

Tantangan dan Kebangkitan

Pasar Tanah Abang sempat mengalami masa sulit. Pada 1740 terjadi tragedi Geger Pecinan di Batavia yang menyebabkan perampasan barang dan kerusakan besar.

Pada 1881 pasar ini dibangun kembali. Selanjutnya, di tahun 1913, pasar dipugar, dan pada 1926, pemerintah kolonial Belanda mengganti bangunan lama dengan struktur permanen mirip kandang burung beratap genteng.

Menariknya, nama “Pasar Tanah Abang” awalnya sesuai dengan hari operasionalnya: hanya buka pada hari Sabtu. Namun setelah tragedi Geger Pecinan, mulai tahun 1881 pasar buka dua kali seminggu, yaitu hari Sabtu dan Rabu.

Transformasi terus berlanjut. Pada 1973, pasar Tanah Abang diremajakan menjadi empat bangunan berlantai empat. Meski sempat mengalami kebakaran besar di Blok A (1970) dan Blok B (1979), jumlah kios tetap meningkat hingga mencapai lebih dari 4.000 unit dengan ribuan pedagang.

Saat ini Tanah Abang terbagi menjadi beberapa wilayah: Tanah Abang Metro, Tanah Abang Lama, dan Tanah Abang AURI. Totalnya, ada banyak blok mulai dari Blok A, B, C, D, E, F, G, hingga BB dan CC. Pembeli pun semakin mudah memilih barang sesuai kebutuhan.

Surga Belanja dengan Segudang Cerita

Selain tekstil, Pasar Tanah Abang juga menjadi tempat favorit untuk membeli oleh-oleh haji, busana muslim, hingga kebutuhan rumah tangga dengan harga grosir yang bersaing.

Sistem distribusi dulu sangat sederhana, hanya menggunakan gerobak dorong. Kini pembeli bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik commuter line, turun langsung di Stasiun Tanah Abang.

Dengan sejarah panjang dan pesonanya yang tetap memikat, Pasar Tanah Abang menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya dan semangat dagang masyarakat Jakarta tetap hidup hingga kini.


Berita Terkait


News Update