Lebih jauh, Indonesia dapat menegosiasikan pajak pemeliharaan hutan tropis basah sebagai kontribusi global terhadap perubahan iklim. Ini adalah posisi tawar yang hanya bisa dimiliki negara-negara dengan pengelolaan hutan lestari dan struktur industri yang matang.
Peran Swasta dalam Pembangunan Nasional
Monas juga mencerminkan kolaborasi lintas sektor. Fakta menarik bahwa 28 kilogram emas di puncak Monas adalah sumbangan seorang pengusaha asal Aceh, menunjukkan bahwa semangat gotong-royong dalam pembangunan nasional bukan hanya retorika, tapi telah dipraktikkan sejak masa awal kemerdekaan.
Langkah Presiden Sukarno ini bahkan diikuti secara tidak langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menggandeng sektor swasta dalam berbagai proyek pembangunan ibu kota. Ini adalah bukti keberhasilan pelibatan swasta secara strategis demi kesejahteraan bersama.
Monas adalah Bukti Anti-Korupsi
Bangunan-bangunan era Sukarno seperti Monas, Gelora Bung Karno (GBK), Pusri, Waduk Jatiluhur, dan Jembatan Ampera memiliki satu kesamaan: ketahanan dan fungsionalitas jangka panjang. Kunci dari daya tahan ini adalah perencanaan yang matang dan proses pembangunan yang bebas dari korupsi.
Infrastruktur yang dibangun tanpa “penggerusan” anggaran menjadi lebih awet dan berdaya guna. Ini menjadi pembelajaran penting di masa kini, bahwa integritas dalam pembangunan adalah modal utama dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Siapa Istri Zulqa Mahendra? Cek Profil dan Biodata Pendaki Viral yang Tektok Gunung Rinjani
Relevansi Monas bagi Generasi Muda
Monas bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga peta jalan masa depan. Generasi muda Indonesia perlu diajak untuk menafsirkan ulang makna Monas bukan sebagai monumen kosong, tetapi sebagai simbol:
- Ketahanan nasional melalui pengolahan bahan mentah,
- Kemandirian ekonomi yang tidak bergantung pada ekspor primer,
- Partisipasi rakyat dan swasta dalam pembangunan berkelanjutan,
- Komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup,
- Simbol jati diri bangsa yang besar dan berdaulat.
Jika dimaknai dengan benar, Monas akan menjadi mercusuar pembangunan bangsa bukan hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari segi sosial, politik, dan ekologi.