Dampak Global Serangan AS ke Iran: Indonesia Bisa Terjebak Krisis Nasional

Minggu 22 Jun 2025, 14:29 WIB
Amerika Serang Iran, Indonesia Terancam 3 Krisis Serentak: Energi, Ekonomi, dan Politik (Sumber: ESPOS.ID)

Amerika Serang Iran, Indonesia Terancam 3 Krisis Serentak: Energi, Ekonomi, dan Politik (Sumber: ESPOS.ID)

POSKOTA.CO.ID - Pada Minggu dini hari, 22 Juni 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengonfirmasi bahwa militer AS telah melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama milik Iran Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Dalam pernyataan resmi yang disiarkan melalui akun media sosialnya, Trump menyebut bahwa seluruh pesawat tempur telah kembali dengan selamat setelah menjatuhkan bom di situs-situs strategis tersebut.

"Seluruh pesawat telah meninggalkan wilayah udara Iran dan kembali dengan selamat. Muatan bom terbesar dijatuhkan di Fordow," tulis Trump.

Langkah ini menandai keterlibatan militer langsung AS dalam konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel. Sebelumnya, AS hanya berperan sebagai pendukung Israel dalam Operasi Rising Lion, tetapi kini menjadi pelaku utama dalam agresi terbuka terhadap Teheran.

Baca Juga: Pengumuman Hasil Seleksi Mandiri FK UPI 2025: Jadwal Resmi dan Cara Cek Kelulusan

Konfirmasi Iran dan Ancaman Balasan

Organisasi Energi Atom Iran mengonfirmasi bahwa ketiga situs nuklir tersebut memang menjadi sasaran. Meski demikian, pihak berwenang Iran menyatakan tidak ada kebocoran radiasi maupun kontaminasi lingkungan akibat serangan tersebut.

"Kami tidak akan menghentikan pembangunan industri strategis ini," tegas pernyataan resmi dari lembaga nuklir Iran.

Pernyataan itu menunjukkan bahwa meski diserang, Iran tetap berkomitmen melanjutkan program nuklirnya, yang selama ini dianggap kontroversial oleh banyak negara barat. Iran juga menyebut bahwa serangan ini adalah "konspirasi jahat" yang akan dibalas dengan kekuatan penuh di waktu yang tepat.

Netanyahu dan Trump: Koalisi Militer yang Semakin Terbuka

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah militer AS sebagai keputusan "berani" yang akan mengubah sejarah. Dalam video yang dirilis tak lama setelah pengumuman Trump, Netanyahu menyatakan bahwa kerja sama strategis antara Israel dan AS kini telah mencapai titik puncaknya.

Banyak analis menyebut bahwa serangan ini menjadi semacam proxy escalation—dari konflik Israel-Iran menjadi konflik global dengan keterlibatan langsung AS dan potensi masuknya kekuatan besar lainnya seperti Rusia dan Tiongkok.

Dampak Langsung dan Tak Langsung ke Indonesia

1. Krisis Energi dan Tekanan APBN

Ekonom dan pakar kebijakan publik, Achmad Nur Hidayat, menilai bahwa bagi Indonesia, dampak dari konflik ini tidak dapat dipandang sebelah mata.

"Negara kita akan terkena imbas dalam tiga level: fiskal, moneter, dan sosial," ujar Achmad dalam keterangannya.

Kenaikan harga minyak mentah global yang dipicu oleh konflik di Timur Tengah akan meningkatkan beban subsidi energi seperti BBM, LPG, dan listrik. Jika harga minyak menembus US$ 120 per barel, beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan membengkak tajam.

2. Inflasi dan Pelemahan Rupiah

Naiknya harga energi dan pangan global akan memicu inflasi yang menggerus daya beli masyarakat. Bank Indonesia diprediksi akan mengambil langkah menaikkan suku bunga acuan demi meredam gejolak nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi bisa tersendat. Dunia usaha pun akan menghadapi tekanan berat dari dua sisi: biaya produksi dan pembiayaan," lanjut Achmad.

3. Ketidakstabilan Sosial

Kenaikan harga barang kebutuhan pokok akan paling dirasakan oleh masyarakat menengah ke bawah. Sejarah menunjukkan bahwa inflasi tinggi, terutama dalam harga pangan, kerap memicu aksi protes sosial dan gangguan ketertiban umum.

Pemerintah harus mengantisipasi potensi keresahan yang muncul, dengan memperkuat program jaring pengaman sosial dan komunikasi publik yang efektif.

Pentingnya Respons Diplomatik Indonesia

Di tengah krisis ini, posisi Indonesia sebagai negara non-blok yang kerap menyerukan perdamaian menjadi sorotan. Banyak pihak mendorong pemerintah agar tidak hanya menjadi penonton, tetapi aktif dalam mendorong penyelesaian damai di fora internasional seperti PBB dan OKI.

"Indonesia harus bersuara untuk menghentikan eskalasi konflik ini. Jangan hanya reaktif, tapi harus proaktif dalam menjaga stabilitas global," ujar Achmad Nur Hidayat.

Langkah konkret seperti penguatan diplomasi multilateral, pemanggilan duta besar pihak terkait, serta usulan resolusi damai harus segera disiapkan.

Baca Juga: KUNCI Jawaban PPG Guru 2025: Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Guru Berdasarkan Permendikbudristek?

Menggenjot Energi Alternatif: Urgensi yang Tak Bisa Ditunda

Serangan ini sekali lagi menunjukkan rapuhnya ketahanan energi Indonesia yang masih sangat tergantung pada impor minyak. Pemerintah perlu mempercepat transisi energi melalui:

  • Investasi pada energi terbarukan seperti surya, angin, dan biomassa.
  • Hilirisasi energi melalui Bahan Bakar Nabati (BBN) dan mobil listrik.
  • Diversifikasi pemasok minyak dari negara-negara di luar Timur Tengah.

"Ketergantungan pada minyak impor harus dikurangi. Ini waktunya kita benar-benar mandiri dalam energi," ujar Achmad menutup pernyataannya.

Serangan udara AS ke Iran bukan sekadar konflik regional, tetapi telah menjadi titik eskalasi global yang berdampak nyata bagi negara-negara di luar medan perang, termasuk Indonesia.

Efek domino terhadap harga energi, kestabilan ekonomi, dan keresahan sosial harus menjadi perhatian utama pemerintah.

Langkah preventif dan respons strategis baik dari sisi ekonomi maupun diplomasi mutlak diperlukan untuk menjaga stabilitas nasional. Indonesia tidak boleh tinggal diam saat dunia berada di ambang krisis baru.


Berita Terkait


News Update