POSKOTA.CO.ID – Pada Oktober 2024 di Trichy, India, sebuah kejadian luar biasa terjadi dalam dunia penerbangan. Sebuah penerbangan charter TR lepas landas dengan membawa 141 penumpang dan empat bayi. Namun, tak lama setelah pesawat mengudara, pilot menyadari ada kegagalan sistem hidrolik. Roda pendaratan tak kunjung bisa ditarik ke dalam. Situasi menjadi sangat krusial, jika roda pendaratan bermasalah, maka saat mendarat bisa berujung pada ban rusak, bahkan kehilangan kendali penuh.
Namun, alih-alih panik, para pilot justru mengambil keputusan dengan tenang dan terukur. Mereka memutuskan untuk terus terbang selama dua jam, berputar-putar di langit Trichy.
Mengapa? Karena pesawat tidak bisa mendarat dengan tangki bahan bakar penuh. Beratnya terlalu berisiko. Dan karena tidak memiliki sistem pembuangan bahan bakar di udara, satu-satunya cara untuk menguranginya adalah dengan membakar bahan bakar selama penerbangan.
Selama dua jam yang menegangkan, para penumpang berada dalam kondisi cemas dan penuh ketidakpastian. Tapi para pilot? Tetap tenang dan profesional. Tak ada kepanikan, tak ada keputusan tergesa-gesa. Fokus mereka hanya satu, yakni solusi. Hingga akhirnya, roda pendaratan berhasil dikeluarkan tepat waktu dan pendaratan dilakukan dengan sempurna. Semua penumpang selamat.
Apa Rahasia Keteguhan Mental Mereka?
Menurut mental health advocate Gayathri Arvind, ada satu konsep penting yang menjawab pertanyaan ini, premortem thinking. Ini adalah cara berpikir yang diajarkan kepada para profesional kelas atas, pilot, pemimpin militer, atlet elit, hingga pengusaha sukses.
“Premortem thinking adalah proses membayangkan semua hal buruk yang bisa terjadi sebelum benar-benar terjadi, lalu merancang solusi untuk setiap kemungkinan itu,” jelas Gayathri, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abhasa - Mental Health pada Rabu, 18 Juni 2025.
Para profesional ini tahu bahwa dalam situasi tekanan tinggi, otak tidak punya waktu untuk berpikir jernih. Maka mereka tidak bergantung pada harapan atau sekadar 'tetap tenang'.
Mereka berlatih menghadapi kegagalan. Mereka mengantisipasi setiap kemungkinan, dan yang lebih penting, mereka sudah punya solusi sebelum masalah terjadi.
Contohnya:
- Jika ada kegagalan hidrolik? Ikuti protokol.
- Jika terjadi kebakaran mesin? Jalankan daftar prosedur.
- Jika ada kebocoran bahan bakar? Laksanakan langkah darurat.
Karena mereka telah mengulang skenario-skenario ini berkali-kali dalam pelatihan dan pikiran mereka, ketika krisis benar-benar datang, mereka tidak perlu berpikir panjang—mereka tinggal mengeksekusi.