Banyak Anak jadi Korban Asusila, Pakar Sosial: Pendidikan Seksualitas Penting

Senin 16 Jun 2025, 20:23 WIB
Ilustrasi anak korban tindak asusila. (Sumber: Freepik)

Ilustrasi anak korban tindak asusila. (Sumber: Freepik)

KEBAYORAN BARU, POSKOTA.CO.ID - Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menyoroti maraknya tindak asusila anak-anak.

"Saya turut prihatin masih banyak kasus seperti ini. Ini harus segera ditangani, tidak hanya pelaku ditindak tapi juga korban harus didampingi, karena pasti memunculkan trauma," kata Devie saat dikonfirmasi, Senin, 16 Juni 2025.

Devie menekankan pentingnya pendidikan sosial dan seksualitas bagi anak sejak dini. Pendidikan seksualitas sering disalahartikan sebagai pengajaran tentang hubungan seks, padahal fokusnya adalah mengajarkan anak untuk melindungi tubuh mereka, termasuk dari orang-orang terdekat seperti keluarga atau guru.

Ia menyebut, data menunjukkan pelaku kekerasan seksual terhadap anak justru lebih sering berasal dari lingkungan dekat, bukan orang asing. Untuk itu, kasus di Jatiuwung, Kota Tangerang hanya sebagian kecil daripada kejahatan orang yang dikenal korban.

Baca Juga: Diiming-imingi Top Up Gratis, Anak 11 Tahun jadi Korban Asusila Pegawai Minimarket di Tangerang

“Pendidikan seksualitas harus menjadi benteng pertama bagi anak. Mereka perlu tahu bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri dan harus dilindungi, bahkan dari orang yang mereka percayai,” ujarnya.

Hanya saja, tidak semua orang tua memiliki kemampuan atau pemahaman untuk memberikan pendidikan ini. Oleh karena itu, sekolah dianggap sebagai solusi paling efektif. Dengan memasukkan pendidikan seksualitas ke dalam kurikulum nasional, setiap anak, dari Aceh hingga Papua, dapat menerima materi yang sama.

“Pendidikan adalah tanggung jawab terbesar. Hanya melalui sekolah, tidak ada anak yang terlewat dari pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melindungi diri,” ucapnya.

Di sisi lain, Devie menilai penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan seksual terhadap anak tidak hanya menjadi tanggungjawab pihak kepolisian, tetapi seluruh stakeholder penegak hukum harus terlibat agar hukuman yang diterapkan dapat menimbulkan efek jera.

Baca Juga: Bareskrim Polri Gencarkan Perburuan Ayah yang Siksa dan Buang Anak di Pasar Kebayoran Lama

“Polisi hanya menangkap, tetapi yang mengadili adalah pengadilan. Jika berkas perkara tidak selesai dengan baik atau pelaku dibebaskan, itu bukan tanggung jawab polisi saja. Sistem hukum kita melibatkan banyak pihak, termasuk pengawasan di lembaga pemasyarakatan agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya,” ucap dia.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerja sama lintas institusi. Tidak cukup hanya mengandalkan satu atau dua lembaga, tapi semua stakeholder terkait. Mulai dari pemerintah, sekolah, aparat hukum, hingga masyarakat, harus bergerak bersama.

“Dengan pendidikan yang tepat dan sistem hukum yang kuat, kita bisa memberikan masa depan yang lebih aman bagi anak-anak Indonesia,” kata Devie.


Berita Terkait


News Update