Kronologi Mahasiswa Unila Meninggal Dunia Usai Ikuti Diksar Mahapel, Dugaan Kekerasan Fisik Hingga Minum Spirtus

Minggu 01 Jun 2025, 12:11 WIB
Ilustrasi pendidikan pecinta alam. (Sumber: Freepik)

Ilustrasi pendidikan pecinta alam. (Sumber: Freepik)

Faaris menambahkan bahwa beban fisik yang diberikan tidak disesuaikan dengan kondisi masing-masing peserta.

Dalam kasus Pratama, luka lecet pada kaki dan memar di punggung diduga timbul akibat membawa beban berat dan menerima perlakuan kasar.

Ia menyebut bahwa Pratama memiliki kondisi fisik yang lebih lemah dibanding peserta lain, sehingga menjadi sasaran perlakuan keras oleh senior.

Baca Juga: Geger Salju di Riau, Seperti Apa Fakta di Balik Video yang Viral di TikTok?

Selain dipaksa push-up sebagai bentuk hukuman, para peserta juga disebut mengalami tindak kekerasan berupa tamparan berulang hingga pemaksaan meminum cairan yang diduga adalah spiritus.

Menurut Faaris, malam hari menjadi momen terberat karena para peserta dihukum serentak akibat dinilai gagal menunjukkan kepemimpinan dan kekompakan tim.

Faaris, yang saat ini telah keluar dari Unila, menyampaikan harapannya agar kekerasan dalam proses pengkaderan seperti itu tidak lagi terjadi di kampus manapun.

Ia juga menyerukan pembekuan Mahepel sebagai bentuk tanggung jawab institusi terhadap nyawa mahasiswa yang hilang.

Di sisi lain, pihak Dekanat FEB Unila turut memberikan tanggapan resmi terhadap peristiwa ini.

Dekan FEB, Prof. Nairobi, menyatakan bahwa pengurus Mahepel telah mengakui adanya kelalaian dalam pelaksanaan Diksar.

Ia menyebutkan bahwa pihak dekanat telah menggelar sidang terhadap ketua dan pengurus Mahepel pada 12 Desember 2024, yang juga dihadiri oleh pembina dari kalangan alumni.

Dalam sidang tersebut, pengurus menyampaikan permintaan maaf kepada pihak yang dirugikan dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan serupa.


Berita Terkait


News Update