Daya Beli Masyarakat Terun, Omzet UMKM di Tangsel Anjlok

Sabtu 31 Mei 2025, 21:54 WIB
Ripno, pedagang soto di Jalan WR Supratman, Pondok Ranji, Tangerang Selatan. (Sumber: POSKOTA | Foto: Ali Mansur)

Ripno, pedagang soto di Jalan WR Supratman, Pondok Ranji, Tangerang Selatan. (Sumber: POSKOTA | Foto: Ali Mansur)

TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Pandemi Covid-19 telah meninggalkan luka ekonomi yang dalam bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Seperti dirasakan oleh Ripno, 63 tahun, pedagang soto babat dan ayam di Jalan WR Supratman, Pondok Ranji, Tangerang Selatan.

Usaha lapak soto babat dan ayam yang telah dirintis Ripno selama belasan tahun, mulai sepi pengunjung. Padahal, sebelum pandemi melanda pada tahun 2020, usaha Ripno tergolong stabil dan menguntungkan.

Ripno menceritakan bahwa omzet hariannya bisa mencapai Rp1,5 juta pada hari-hari ramai. Bahkan pada saat sepi, masih mampu menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp800 ribu per hari.

Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Rendah, Pedagang Pasar Badak Pandeglang Gulung Tikar

Dengan pendapatan sebesar itu, bagi Ripno sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menjaga kelangsungan usaha.

Kini, pengalaman pahit itu kembali dirasakan Ripno, bukan karena pandemi Covid-19, tapi menurunnya daya beli masyarakat.

Di tengah anjloknya daya beli masyarakat dan omzetnya penjualannya terus menurun, Ripno memilih mengurangi porsi hidangan ketimbang menaikkan harga, demi mempertahankan pelanggan.

Dia mengaku tidak enak hati jika harus menaikkan harga sotonya. Ripno membanderol soto babat Rp15 ribu per porsi dan untuk soto ayam Rp10 per porsi.

"Saya orang enggak tegaan, kalau saya naikin harganya kasihan pelanggan. Jadi saya pilih kurangin porsi, apalagi sekarang yang suka soto babat kan enggak banyak," ucap Ripno.

Baca Juga: PHRI: Daya Beli Masyarakat Semakin Tergerus Akibat Kenaikan PPN 12 Persen


Berita Terkait


News Update