POSKOTA.CO.ID – Aksi mogok nasional yang dilakukan oleh ribuan driver ojek online (ojol) tidak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap perusahaan penyedia layanan, tetapi juga mencerminkan persoalan struktural yang lebih dalam, yakni ketimpangan ekonomi.
Hal ini ditegaskan oleh pengamat politik Rocky Gerung dalam diskusi bersama jurnalis senior Hersubeno Arief. Menurut Rocky, aksi tersebut muncul sebagai respons atas kian memburuknya kondisi ekonomi kalangan pekerja informal.
“Teman-teman pengemudi ini menuntut semacam kepastian bahwa mereka bisa menabung, mereka bisa punya harapan untuk melihat anak cucu mereka tidak hidup lagi dari jalan,” ujar Rocky, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Selasa, 20 Mei 2025.
Rocky menyoroti bahwa situasi para pengemudi ojol adalah gambaran dari sistem distribusi kekayaan yang timpang di Indonesia. Ia menyebut bahwa negara telah gagal dalam menjalankan mandat untuk memastikan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung kembali menyinggung laporan Bank Dunia yang menyebut bahwa sebanyak 172 juta penduduk Indonesia masih hidup dalam kemiskinan.
Angka tersebut, kata Rocky, menjadi tamparan keras terhadap janji-janji pemerintahan sebelumnya.
“Dulu Presiden Jokowi mengatakan kita akan meroketkan ekonomi 10 persen, dan karena itu kemiskinan tidak akan lagi ada di Indonesia. Faktanya, justru setelah 10 tahun angka kemiskinan bukannya berkurang tapi bertambah,” jelasnya.
Kini, dengan kepemimpinan Presiden Prabowo yang baru saja dimulai, Rocky berharap ada perbaikan dalam kebijakan ekonomi dan distribusi kekayaan nasional.
Baca Juga: Demo Ojol di Patung Kuda Memanas, Ban Dibakar hingga Saling Tuding Provokator
Tema kampanye Prabowo yang mengusung semangat “putting people first” dianggap sebagai peluang untuk memulai perubahan.