Sering Ucapkan Pernyataan Kontroversi, Menkes Budi Gunadi Sadikin Dituntut Mundur dari Jabatannya

Minggu 18 Mei 2025, 18:33 WIB
Menkes Budi Gunadi Singgung Soal Ukuran Celana 33-34, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN sarankan dicopot dari jabatannya. (Sumber: YouTube/Sekretariat Presiden)

Menkes Budi Gunadi Singgung Soal Ukuran Celana 33-34, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN sarankan dicopot dari jabatannya. (Sumber: YouTube/Sekretariat Presiden)

POSKOTA.CO.ID - Pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengaitkan ukuran celana jeans 33-34 dengan risiko obesitas dan kematian dini menuai reaksi dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN, Arief Poyuono.

Melalui unggahan di akun X pribadinya pada Minggu, 18 Mei 2025, Arief menyebut pernyataan tersebut tidak berdasar. “Ada-ada saja Menkesnya Presiden Prabowo ini,” tulis Arief.

Menurut Arief, kesehatan seseorang tidak bisa diukur hanya dari ukuran pakaian atau sekadar menggunakan indeks massa tubuh (BMI). Ia menilai metode semacam itu terlalu sederhana dan bisa menyesatkan masyarakat.

Baca Juga: Netizen Ramai Soroti Pernyataan Menkes soal Orang Bergaji Rp 15 Juta Lebih Sehat Dibanding Rp 5 Juta

“BMI saja sebenarnya bukan patokan mutlak kesehatan, karena berat badan dan tinggi badan harus disesuaikan dengan massa tulang serta faktor lain,” jelas Arief.

Lebih lanjut, Arief juga mempertanyakan kapasitas Budi Gunadi Sadikin dalam memimpin Kementerian Kesehatan, mengingat latar belakang pendidikan Menkes bukan dari bidang medis. Ia bahkan melempar sindiran apakah sudah saatnya Indonesia memiliki Menteri Kesehatan yang berasal dari kalangan dokter.

Sebagai informasi, Budi Gunadi Sadikin merupakan lulusan Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan, dirinya lebih dulu dikenal sebagai Wakil Menteri BUMN di era Presiden Joko Widodo.

Belakangan, Budi Gunadi Sadikin kerap melontarkan pernyataan kontroversial. Selain soal ukuran celana, dirinya sebelumnya juga menyebut bahwa orang dengan penghasilan Rp5 juta per bulan tergolong kurang pintar, yang kembali memicu perdebatan publik.

Budi menjelaskan bahwa tingkat kesehatan dan kecerdasan seseorang berperan penting dalam menentukan besaran gaji yang diterima. Menurutnya, seseorang dengan gaji lebih tinggi biasanya memiliki kondisi fisik yang lebih baik dan kemampuan intelektual yang lebih mumpuni.

"Orang dengan gaji Rp 15 juta biasanya lebih sehat dan lebih cerdas dibanding yang berpenghasilan Rp 5 juta," ujarnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, seseorang sulit mendapatkan gaji tinggi jika tidak didukung oleh kondisi fisik yang prima dan kecerdasan yang mumpuni. “Kalau dia tidak sehat atau tidak pintar, gajinya tidak akan sebesar itu,” tegas Budi.

Baca Juga: Menkes Sebut Pria Ukuran Celana 33-34 Cepat Menghadap Allah, Hotman Paris: Tega Banget Kau!

Namun, pernyataan ini mengundang berbagai tanggapan dari netizen. Beberapa warganet menilai pandangan tersebut terlalu menyederhanakan faktor penghasilan dan mengabaikan realita sosial ekonomi yang kompleks.

Mereka mengingatkan bahwa banyak faktor lain, seperti kesempatan pendidikan, lingkungan kerja, hingga sistem ekonomi, yang juga memengaruhi pendapatan dan kesehatan seseorang.

“Sehat dan pintar bukan hanya soal gaji. Banyak yang bergaji rendah tapi tetap sehat dan cerdas,” tulis salah satu pengguna media sosial.

“Pernyataan Menkes ini kurang melihat kenyataan di lapangan. Banyak banget orang yang bergaji di bawah Rp 5 juta, tapi tetap sehat dan cerdas. Gaji bukan satu-satunya ukuran kesehatan dan kecerdasan. Faktanya, ada banyak faktor sosial dan ekonomi yang bikin penghasilan seseorang rendah, bukan karena mereka tidak sehat atau tidak pintar,” tulis seorang netizen di media sosial dengan akun @Irwan762.

Netizen lain menambahkan, “Kalau cuma ngukur sehat dan pintar dari gaji, berarti banyak pekerja keras di sektor informal yang penghasilannya kecil jadi dianggap kurang sehat dan kurang pintar? Itu nggak adil sama sekali.”


Berita Terkait


News Update