Pakar Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan pelaku pelecehan seksual di transportasi umum merupakan orang dengan gangguan kejiwaan atau kondisi sakit. Ia juga menyebut kasus pelecehan seksual masih sering terjadi di berbagai moda transportasi umum seperti KRL dan TransJakarta.
"Itu pelakunya sakit, itu penyakit masyarakat urban, tidak hanya di Jakarta, di kota-kota besar seperti di Jepang itu ada kasus seperti itu," kata Djoko.
Menurutnya, pihak terkait seperti PT KAI dan TransJakarta telah berupaya maksimal untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual. Berbagai langkah pencegahan sudah diterapkan demi memberikan rasa aman bagi para penumpang, terutama perempuan, seperti larangan bagi pelaku pelecehan seksual untuk menggunakan transportasi umum dalam jangka waktu tertentu.
Baca Juga: Korban Pelecehan Seksual Honorer DPRD Jakarta Alami Trauma Berat hingga Dibekukan dari Pekerjaan
"Layanan khusus juga sudah disediakan seperti gerbong KRL khusus wanita, bus TransJakarta juga demikian. Sering juga kasusnya viral dan langsung diproses hukum tapi tetap saja masih ada (kasus pelecehan seksual di transportasi umum)," terang Djoko.
Namun demikian, Djoko menegaskan bahwa pelecehan tetap terjadi karena memang pelaku berbeda-beda. Sehingga dengan demikian kehadiran negara sangat dibutuhkan untuk mengatasi fenomena pelecehan seksual di transportasi umum tersebut.
"Pencegahan menjadi tantangan tersendiri, karena pelaku itu ganti-ganti, jadi kaya enggak ada efek jera. Satu pelaku diproses hukum, muncul pelaku lainnya," ungkapnya.