Obrolan Warteg: Perlukah Sertifikasi Juru Dakwah?

Jumat 06 Des 2024, 07:31 WIB
Obrolan Warteg: Perlukah Sertifikasi Juru Dakwah?. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Obrolan Warteg: Perlukah Sertifikasi Juru Dakwah?. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Mulai mencuat usulan agar Kementerian Agama (Kemenag) melakukan sertifikasi juru dakwah alias pendakwah. Tujuannya, guna memastikan para pendakwah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyampaikan nilai-nilai keagamaan.

Usulan itu datang dari gedung parlemen, menyusul video viral yang memuat ucapan dai kondang, yang dinilai melecehkan seorang warga penjual es teh.

“Siapa dai kondang dimaksud, ucapan seperti apa sehingga dinilai melecehkan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Tidak perlu dijelaskan lagi dalam forum obrolan ini karena sudah viral, masyarakat pun sudah mengetahui siapa dan bagaimana. Yang bersangkutan pun sudah saling maaf memaafkan. Klir sudah,” jawab Yudi.

“Terus mengapa kita obrolin kalau persoalan sudah klir,” tanya Heri.

“Lah.. karena sudah klir itulah maka tak perlu diungkit lagi peristiwanya, tak perlu dibuka lagi. Yang penting bagaimana kedepannya agar tidak lagi terjadi,” jawab Yudi.

“Setuju yang penting mencegah peristiwa serupa terulang oleh yang lain, di tempat lain dan dalam kesempatan lain. Sertifikasi juru dakwah adalah salah satu usulan sebagai upaya mencegah,” kata mas Bro.

“Yang namanya sertifikasi berarti para juru dakwah harus melalui uji kompetensi. Yang bersangkutan akan mendapatkan sertifikasi jika lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga berwenang,” kata Heri.

“Dengan mengantongi sertifikasi sebagai juru dakwah sebagai bukti bahwa ia mumpuni di bidangnya, sama seperti halnya sertifikasi guru dan profesi lain-lainnya,” kata mas Bro.

“Sama juga seperti wartawan, ada uji kompetensi profesi ,” kata Yudi.

“Semua profesi tentu melalui proses uji kompetensi agar profesinya diakui secara legal formal melalui sertifikasi. Tetapi tuntutan profesi sejatinya bagaimana menjalankan tugasnya profesinya secara bertanggung jawab,” kata mas Bro.

“Profesi apa pun tak lepas dari soal etika, karenanya dalam organisasi profesi ada yang namanya kode etik profesi yang wajib dipatuhi,” tambah Heri.

“Intinya, menjunjung etika dan tata krama, lebih – lebih bagi penceramah dan pendakwah, akan terlihat dari ucapannya, tutur katanya dan gestur tubuhnya.

Belum lagi perbuatannya yang hendaknya memberi keteladanan satunya kata dengan perbuatan,” kata mas Bro.

“Setuju Bro. Juru dakwah itu panutan masyarakat, cermin sosok kebaikan sebagaimana profesinya mengajarkan dan mengajak kepada kebaikan, bukan keburukan,” kata Heri.

“Yang lebih penting lagi suasana akan terasa sejuk, jika ajakan disampaikan dengan penuh kelembutan dan penghormatan kepada pihak lain, bukan merendahkan, apalagi melecehkan,” jelas mas Bro. (Joko Lestari).

Berita Terkait

Obrolan Warteg: Legitimasi Abu-Abu

Senin 09 Des 2024, 07:04 WIB
undefined

Obrolan Warteg: Salah Ucap, Sekarat

Jumat 13 Des 2024, 07:03 WIB
undefined

Obrolan Warteg: Canda Ada Batasnya

Sabtu 14 Des 2024, 05:02 WIB
undefined

News Update