Perang Dingin 2.0

Sabtu 05 Feb 2022, 07:00 WIB

Dalam upaya ini keseluruhan ketentuan normatif dari pandangan geopolitik Indonesia yang bertujuan untuk membangun persaudaraan dunia harus diubah menjadi national interest yang dilaksanakan secara konsisten, penuh ketegasan sikap sebagai negara berdaulat, dan mendorong energi positif bagi setiap upaya perdamaian dunia.

Sayang sekali bahwa pelaksanaan kebijakan luar negeri dan pertahanan sering tersandera oleh berbagai persoalan domestik dan juga sikap inward looking serta rasa kurang percaya diri dengan berlindung di balik politik yang netralistik.

Pada saat bersamaan, ketergantungan Indonesia pada asing, baik ke Tiongkok, Singapura, maupun ke Amerika Serikat dan Eropa Barat, menyebabkan Indonesia seringkali sulit bersikap menghadapi tekanan internasional yang memasung Indonesia.

Lihat juga video “Warga Jakarta Utara Masih Harus Merasakan Kemacetan Yang Panjang”. (youtube/poskota tv)

Pemasungan ini telah berlangsung lama, terutama sejak tampilnya Orde Baru yang begitu mudah mengobral kekayaan alam Indonesia pada asing.

Sejarahpun mencatat, bagaimana Orde Baru telah menciptakan ketergantungan sistemik Indonesia pada sistem keuangan dunia dan juga sistem perdagangan dunia, yang memicu lahirnya krisis moneter pada tahun 1997.

Solusi yang ditawarkan atas krisis pun alih-alih membantu justru semakin menjerat Indonesia pada sistem politik dan ekonomi yang liberal-kapitalistik.

Ketidakberdayaan ini bukannya tidak bisa diatasi. Diperlukan kepemimpinan visioner yang berani menyatakan pandangan Indonesia sebagai negara berdaulat; kepemimpinan yang berani meneriakkan ketidakadilan yang terjadi di dunia, dan pada saat bersamaan, terus membangun sumber daya nasionalnya bagi kemajuan Indonesia agar semakin mampu berdaulat dan berdikari.

Kesemuanya tentu memerlukan kalkulasi yang matang.

Dalam upaya membangkitkan kepemimpinan Indonesia itu, maka terhadap realitas terjadinya Perang Dingin 2.0, Indonesia jelas tidak bisa berdiam diri. Indonesia harus menatap ke depan, mendayagunakan seluruh potensi nasional agar segera terlepas dari berbagai persoalan domestik, dan dapat dengan penuh percaya diri menggelorakan spirit kepemimpinan pada dunia; kemudian bertindak aktif keluar, menjadi peace facilitator bagi dunia yang sedang dihadapkan pada konflik.

Berbagai hal strategis terkait geopolitik Indonesia inilah yang menjadi wacana begitu penting dalam perdebatan siapa calon presiden Indonesia yang akan datang. Dengan demikian, di balik realitas hadirnya Perang Dingin 2.0, terbuka lebar kesempatan untuk menghadirkan kembali kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Merdeka!!!

News Update