BELAKANGAN lembaga survey terjebak jadi “tukang kompor” belaka. Betapa tidak? Pilpres masih juah sudah mengatakan bahwa Prabowo dan Anies Baswedan Capres terkuat di Pilpres 2024. Paling aneh lagi, Puan Maharani yang tak masuk hitungan di survey, oleh politisi PDIP disebut Capres potensial. Layakkah dia menjadi Capres?
Dalam bahasa pengamat politik Siti Zuhro dari LIPI, tukang kompor itu diperhalus sebagai penggiringan opini. Soalnya Pilpres masih begitu jauh, sudah ada survey ini itu.
Survei bayaran itu sah-sah saja sepanjang hasilnya hanya untuk kalangan intern sang pemesan. Tapi jika dilempar ke publik, otomatis opini publik lambat laun mengkristal.
Salah satu korban survey adalah Gibran Rakabuming putra Presiden Jokowi. Sudah tenang bisnis katering dan martabak, dikompori survey Universitas Slamet Riyadi bahwa Cawalkot Solo yang berelektabilitas tinggi. Nah, akhirnya dia jadi nabrak-nabrak bikin repot dan kikuk pengurus PDIP daerah dan pusat.
Beberapa hari lalu lembaga survey Indo Barometer menyebut bahwa Prabowo Subianto dan Anies Baswedan merupakan Capres terkuat di 2024. Prabowo 22.5 persen, Anies Baswedan 14.3 persen, Sandiaga Uno 8.1 persen. Lainnya bla bla bla….. sampai kemudian Puan Maharani jatuh di paling buncit dengan elektabilitas 1 persen.
Bayangkan, Ketua DPR dan putri Ketum PDIP Megawati, ternyata hanya segitu saja elektabilitasnya. Tapi beberapa waktu lalu Megawati menyindir para elit politik yang berlomba menggadang anak-anaknya untuk maju ke Pilpres 2024. Meski tak sebut nama, yang jadi sasaran tembak adalah AHY putra SBY, dan tentu saja anak beliaunya sendiri.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Megawati mempersiapkan Puan Maharani sebagai penerus dinasti Sukarno. Dilatih jadi Menko PMK dan kini Ketua DPR, diharapkan nantinya di 2024 Puan putri Taufik Kiemas itu siap tempur. Soal elektabilitas Puan menurut suvei masih buncit, nggak papa. Kan Belanda masih jauh.
Adalah Aria Bima, politisi PDIP yang juga Ketua Komisi VI DPR itu. Dia bilang bahwa Puan Maharani sangat potensial untuk jadi Capres PDIP tahun 2024. Alasannya, selain sebagai Ketua DPR, Puan sudah berpengalaman jadi Menko PMK dan menjadi anggota DPR dengan perolehan suara tertinggi.
Jika yang ngomong politisi Golkar atau Nasdem, itu baru luar biasa. Tapi karena yang ngomong orang sekandang, ya wajarlah. Tapi tengok, apa prestasi Puan jadi Menko PMK? Dia jadi Ketua DPR juga karena UU MD3 hasil revisi mengatur bahwa parpol pemenang Pemilu berhak jadi Ketua DPR. – (gunarso ts/tri)
