LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten kembali terjadi saat curah hujan tinggi mengguyur wilayah tersebut pada Sabtu, 27 Desember 2025 kemarin.
Diketahui, sebelumnya bencana pergerakan tanah terjadi di Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur, mengakibatkan beberapa rumah warga di desa itu rusak berat.
Kali ini, bencana tersebut kembali terjadi di Desa Cigoong Utara, Kecamatan Cikukur, Lebak, yang mengakibatkan 4 rumah ambruk total dan belasan rumah lainnya rusak sedang.
Seorang korban, Juhenah 37 tahun mengungkapkan sebagian bangunan rumah miliknya ambruk akibat pergerakan tanah.
Baca Juga: DPRD DKI Nilai Tahun Baru 2026 Tanpa Kembang Api Bentuk Empati untuk Korban Bencana Sumatra
"Dinding rumah runtuh, sementara bagian pondasi terbelah dan amblas," ungkapnya, Minggu 28 Desember 2025.
Ia menjelaskan, awalnya hujan deras terus-terusan hampir seminggu. Akibat curah hujan itu, bagian bangunan rumah mulai alami keretakan, lantaran lahannya bergeser.
"Retaknya mulai dari depan rumah, terus merambat sampai ke belakang. Lama-lama retaknya nambah lagi, sampai akhirnya ambruk semua," jelasnya.
Menurutnya, peristiwa ambruknya rumah miliknya itu terjadi pada Sabtu pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Saat kejadian, Juhenah bersama suami dan empat anaknya sedang berada di luar rumah.
Baca Juga: Pemprov Jakarta Sediakan QRIS Donasi Korban Bencana Sumatra saat Malam Tahun Baru 2026
"Alhamdulillah kami semua dalam kondisi aman. Karena saat kejadian, kami sedang di luar rumah, namun rumah kami rusak parah," ujarnya.
Ia mengatakan, sebelum rumah ambruk terdengar suara retakan keras dari arah bawah tanah.
"Awalnya ada suara 'kretek-kretek', terus kelihatan tanah di bawah sudah belah. Dari situ tembok rumah langsung runtuh," katanya.
Saat ini, Juhenah dan keluarganya terpaksa mengungsi sementara di bangunan warung milik tetangga. Ia mengaku kondisi tersebut sangat berat, terutama bagi anak-anaknya.
Baca Juga: Bencana Pergerakan Tanah, 4 Rumah Warga di Cikulur Lebak Rusak Berat
Namun, harus bagaimana lagi, karena ia dan keluarganya takut menempati rumah milik mereka lagi, karena kondisinya sangat memprihatinkan.
"Namanya anak-anak pasti sedih. Mereka pengennya di rumah sendiri. Saya juga bukan sedih lagi, pengen nangis. Tapi ya pasrah saja," tuturnya.
Juhenah berharap, pemerintah dapat segera membantu pembangunan kembali rumahnya agar keluarganya memiliki tempat tinggal yang layak.
"Harapannya ya pengen cepat dibangun lagi, kasihan anak-anak," harapnya.
Baca Juga: Pergerakan Tanah di Bandung Barat Dipicu Kejenuhan Tanah dan Cuaca Ekstrem
Selain rumah Juhenah, kerusakan parah juga terjadi pada rumah milik Muhammad Nurdin 49 tahun dan Siti Munayah 47 tahun.
Bahkan, satu rumah warga lainnya kini dalam kondisi mengkhawatirkan, dengan dinding dapur yang sudah terbelah dan menganga di beberapa sudut.
"Kami dengar suara seperti 'drek-drek'. Pas dilihat, tanah sudah berubah, turun ke bawah. Rumah langsung terbelah dan ambruk," ujar Nurdin.
Menurutnya, ambruknya bangunan terjadi secara tiba-tiba.
"Sekaligus ambruknya, langsung ambles ke bawah sekitar satu meter. Awalnya rumah ini sejajar dengan jalan, sekarang sudah jauh lebih rendah," jelasnya.
Ia menyebut, total rumah terdampak ada empat rumah rusak parah, dua di antaranya rata dengan tanah.
Ia memastikan, tidak ada korban jiwa, meski sempat ada warga yang pingsan akibat tertimpa puing bangunan.
"Sempat ada yang tertimpa reruntuhan dan pingsan, tapi tidak sampai meninggal dunia" katanya.
Indikasi Bencana Terjadi di Dua Kampung
Sementara, Kepala Desa Cigoong Utara, Habibi menuturkan, pergerakan tanah terindikasi terjadi di dua kampung, yakni Kampung Hambur dan Kampung Margamulya.
"Di Kampung Hambur ada tiga rumah yang rusak parah. Sementara di Kampung Margamulya total ada 14 rumah terdampak, satu rusak parah dan 13 lainnya rusak ringan," tuturnya.
Menurutnya, pihak desa bersama instansi terkait telah melakukan penanganan darurat dengan mengungsikan warga terdampak.
Bantuan telah disalurkan oleh TKSK Kecamatan, Tagana, Dinas Sosial Kabupaten Lebak, serta BPBD Kabupaten Lebak.
"Kami fokus penanganan di Kampung Hambur karena kondisinya paling parah. Warga sudah diungsikan dan difasilitasi tenda dari Tagana Kabupaten Lebak," jelasnya.
Habibi menambahkan, pergerakan tanah di wilayah tersebut dipicu tingginya curah hujan dan merupakan kejadian berulang yang juga pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Ini akibat curah hujan tinggi. Tahun-tahun sebelumnya juga sudah ada kejadian pergerakan tanah di lokasi yang sama, namun dampaknya tahun ini lebih parah," ujarnya.
